Catatan awal: Tulisan ini saya buat tiga hari yang lalu, disela-sela training yang diselenggarakan kantor tempat saya kerja praktek. Yes, this is gonna be a long-boring post. Read at your own risk. Enjoy!
Halo, ternyata saya kangen sama blog ini. Kali ini saya mau menulis di luar konteks 30 Days of Writing. Karena sekarang saya menulis pada page Microsoft Word, di tengah-tengah training yang diadakan kantor saya dan kengantukan para peserta menjelang coffee break. Ada yang menopang dagunya dengan tangan kanan, jam tangannya baru nampaknya. Masih kinclong. Ada yang curi-curi tidur dengan menundukkan kepalanya dan buku tebal di hadapannya. Ada yang tidak berhenti mengunyah permen yang pihak kami sediakan. Oh, hati-hati gula darah naik, Pak.
Nah. Mau nulis apa sekarang saya ya?
Saya tanya dulu deh.
Ada yang sedang berbahagia di sini? Yang diterima cintanya oleh sang pujaan hati semalam setelah rancangan kencan yang sedemikian rupa? Yang diterima lamaran pekerjaannya? Yang kenyang makan siang dengan full dan tidak terdapat ulat pada selada yang dimakan? Yang lagi cuti bekerja? Yang nilai ujiannya memuaskan? Yang baru dapat uang jajan? Nah, kebetulan saya belum gajian. Bisa sekalian saya ditraktir paket McChicken-nya McDonald’s? Ya nggak apa-apa dong kalau saya ngelunjak.
*dipatok ayam goreng tepung*
Ada yang sedang bersedih di sini? Yang sandal jepitnya putus? Yang baru kecopetan? Yang pakai minyak rambut kebanyakan sehingga Tao Ming Tse pun akan minder melihat rambutmu? Yang baru diputusin sama pacarnya karena bajunya nggak pernah ganti? Iya, saya ngerti kamu belinya lusinan, tapi ya ada variasi dikit dong ah. Hubungi saya untuk konsultasi mengenai fashion, ya. Tarifnya khusus deh buat kamu.
*disetrika*
Untuk yang sedang berbahagia, saya ucapkan selamat. Semoga kalian bisa menikmati kebahagiaan ini sebagaimana mestinya. Tidak kurang, tidak juga berlebih. Untuk yang sedang bersedih, saya ucapkan selamat juga. Selain biar saya kesanya adil, saya juga ingin memotivasi kalian supaya tidak dirundung kesedihan yang mendalam. Pertanyannya adalah, berhasilkah saya?
*hening*
…
*masih hening*
…
*keesokan harinya*
Oke, tidak berhasil.
Maka dari itu, saya akan berbagi kepada kalian tips dan trik untuk mengatasi kesedihan. Saya tidak berani menjamin efektivitas dan efisiensinya, tapi setidaknya kan saya nyoba. Boleh dong? Ya boleh lah. Blog ya blog saya, kenapa jadi nggak boleh? Kalian pikir kalian siapa? Hahh?? Buat temen-temen SD gu-wehhh yang suka nge-bully gu-wehhh, MAKAN NIH!!!
*80% pembaca meng-klik tanda ‘x’ di sebelah kanan atas*
Ah, apa yang baru saja terjadi? Saya rasa saya kesurupan ruh blonde yang sama dengan yang memasuki raga Marshanda beberapa waktu lalu. Sekarang dia sudah menjadi istri sholehah, maka semoga hal yang sama mendatangi saya. Amin ya Tuhan.
Nah, 20% pembaca yang dengan khilaf setia membaca tulisan ini, terima kasih, ya. Nanti ada bingkisan dari saya berupa Momogi dan Richeese Nabati yang bisa diperoleh di warung sekitar.
Oke, mari kita lanjutkan. Siapkan diri kalian, karena saya akan berbagi TIPS MEMBUAT KESEDIHAN MENJADI SEDIH KARENA KITA HADAPI RASA SEDIH ITU DENGAN TIDAK SEDIH ala Anita Rizky bukan Risky!
*backsound soundtrack Dunia Fantasi mengalun riang gembira*
Here we go.
1. Jika kalian sedih akibat patah hati, jangan tunjukkan pada dunia kalian sedang patah hati. Jangan mogok makan, jangan tidak mandi. Jangan pakai kaos kaki beda warna kanan dan kiri. Jangan begadang kalau tiada artinya, begadang boleh saja kalau ada perlunya.
*digetok gitar sama Haji Oma*
Kalau kalian patah hati, mandilah dengan air dingin di tengah malam. Hati yang sedih sangatlah rapuh, kesehatan sangat rentan untuk tergangu. Jadi daripada harus berada di antara sehat dan sakit, lebih baik sakit sekalian. Palingan flu. Lagipula, riset yang saya lakukan ke Jerman pinggiran menunjukkan bahwa cara lain untuk melepas kesedihan selain dengan menangis dan berteriak adalah…bersin. Iya, saya tau saya jenius. Nggak usah takjub gitu dong. Biasa aja ah.
*kibas poni*
*dipeperin ingus*
2. Jika kalian merasa kesedihan kalian sudah tidak bisa ditolerir lagi, saya punya tips untuk menghindari tangisan bombay, yaitu…..cari pohon, lalu menarilah! Iya, pada awalnya kalian akan dianggap orang gila, apalagi kalau siang bolong panas-panas jam makan siang, yang lain sibuk menikmati makan siangnya sementara kalian..joget-joget macam orang kesurupan. Tapi lama-lama mereka akan terbiasa, apalagi jika kalian melakukannya secara rutin. Jangan pedulikan pencitraan, ini urusan kalian! Lagipula, kegiatan ini memiliki keuntungan. Nih, ya, girls. Perhatikan. Dengan secara rutin menari-nari siang bolong, tidak hanya kalori yang terbakar, tapi kulit juga akan menjadi kecokelatan. Badan langsing, kulit eksotis, dan dalam hitungan kecepatan cahaya akan ada bule ganteng yang mendatangi kalian dan mengatakan, “Be my wife?”dan kalian akan bisa dadah-dadah secara dramatis kepada orang-orang yang mengatakan bahwa kalian gila. Ya walaupun tidak bisa dihindari sih.. Untuk para laki-laki yang melakukan tarian ini dengan sunguh-sungguh, bisa jadi yang kalian tarikan adalah tarian pemanggil hujan. Bayangkan, di tengah siang dengan sinar matahari yang terik, tiba-tiba turun hujan yang menyejukkan. Orang-orang akan mengucapkan terima kasih. Kalau melakukannya di kantor, kalian bisa naik jabatan dengan gaji yang lebih menjanjikan. See? See? SEEEEEE?
3. Ketika kalian sedang galau dan tidak tahu harus apa, maka CEGATLAH ABANG KETOPRAK. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena, ketoprak itu rasanya surprising, seperti hidup ini *TSAAAAH!*. Bagi yang menganggap saya berlebihan kemungkinan belum pernah makan ketoprak seumur hidupnya. Nanti saya traktir deh makan ketoprak di aki-aki langganan saya. Ketopraknya pake telor ceplok, sedap loh. Serius.
*fokus terdistraksi*
Oke, emang jam-jam segini either jam ngantuk atau laper(lagi). Dan saya terkena wabah yang kedua. Jadi, mari kita fokus. Sampai mana saya tadi? Bukan, bukan ketoprak pake ceplok telor. AH! Ya, ketoprak. Kenapa saya bilang rasa ketoprak itu surprising? Karena coba kalian resapi, lagi enak-enak ngunyah lontong dengan tau dan bumbunya, tiba-tiba mucullah rasa bawang putih yang agak menyengat dan cabe yang pedas. Kita tidak tahu kapan kita akan menggigit bawang putih atau cabainya. Entah ketika kita sedang mengunyah lontong, atau mengunyah tahu bahkan bihun atau tauge. Hal ini akan mengingatkan kita bahwa hidup itu peuh kejutan. Ada up and down-nya. Kita tidak tahu kapan kita akan mendapat kesedihan dan kebahagian. Jadi kuncinya, nikmati saja setiap prosesnya, langkahnya. Nah, kalau mindsetnya sudah begini, niscaya kalian akan merasa bahwa ada banyak hal yang bisa kita syukuri setiap harinya, termasuk tauge yang ujungnya dipotong dulu sebelum dimasak (iya, gue nggak suka tauge yang masih ada ‘buntut’nya).
Well.
Tulisan ini memang sudah mulai ngaco. Ralat. Tulisan ini memang NGACO DARI AWAL. Ya jangan salahkan saya, salahkanlah kebosanan yang melanda dengan peraturan perundang-undangan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sekarang mengalun mesra dikumandangkan oleh bapak instruktur. Saya tiba-tiba bersyukur saya kuliah di jurusan sekretari yang nggak usah mikirin undang-undang nomor berapa yang berhubungan dengan radiasi sinar UV yang dapat diukur dengan UV radiometer. Saya mah menghadapi sinar UV cukup pake sunblock sampe belepotan, Pak.
*ditendang dari kantor*
Sudah, sudah. Sebentar lagi coffee break ini. Saya mau menengok dulu cemilan apa pada siang ini yang bisa menemani saya bermesraan dengan kopi. Karena jangankan peserta, sayapun mengantuk sejadi-jadinya dengan opa-opa-jago-gambar-yang-sudah-melancong-ke-banyak-tempat. Oh, dia barusan gambar Cut Tari loh, dengan kandang macan di sebelahnya. Yea, right. Cut Tari si pawing macan. What a fantasy, eh?
Have a nice evening, people. Siang ini camilannya surabi ternyata. Yum.
15 April 2011
09 April 2011
Bukan salah kamu, kalau kamu kecewa.
Bukan salah kamu, kalau saya tidak kuat berpegangan.
Bukan salah kamu, kalau bayang-bayangnya masih berputar di kepala saya, silih berganti dengan sinar matamu yang hangat..
Bukan salah kamu, kalau pada akhirnya saya tidak bisa menahan diri.
Bukan salah kamu, kalau saya memutuskan untuk tidak jujur.
Mas,
Ini semua salah saya.
Karena saya hanya menimbulkan kekecewaan untukmu.
Karena saya pada akhirnya memutuskan untuk menyerah dan menghukum diri saya sendiri.
Karena saya harus melepaskan diri dari nyamannya pelukmu.
Tidak seharusnya saya menjadikan kamu korban akan kerumitan saya. Tidak seharusnya kamu yang berjuang mempertahankan saya sendirian. Tidak seharusnya saya minta kamu untuk berdiam di samping saya, menggenggam tangan saya yang tidak jujur denganmu..
...
Mas,
Maafin aku..
Sudah, itu saja.
Bukan salah kamu, kalau saya tidak kuat berpegangan.
Bukan salah kamu, kalau bayang-bayangnya masih berputar di kepala saya, silih berganti dengan sinar matamu yang hangat..
Bukan salah kamu, kalau pada akhirnya saya tidak bisa menahan diri.
Bukan salah kamu, kalau saya memutuskan untuk tidak jujur.
Mas,
Ini semua salah saya.
Karena saya hanya menimbulkan kekecewaan untukmu.
Karena saya pada akhirnya memutuskan untuk menyerah dan menghukum diri saya sendiri.
Karena saya harus melepaskan diri dari nyamannya pelukmu.
Tidak seharusnya saya menjadikan kamu korban akan kerumitan saya. Tidak seharusnya kamu yang berjuang mempertahankan saya sendirian. Tidak seharusnya saya minta kamu untuk berdiam di samping saya, menggenggam tangan saya yang tidak jujur denganmu..
...
Mas,
Maafin aku..
Sudah, itu saja.
Published with Blogger-droid v1.6.8
06 April 2011
Another Anita
Saya habis baca blognya Bundo @miund di sini, dan tiba-tiba merasa ada yang 'menohok' dari dalam kepala ketika saya membacanya. *tsah, bahasanya 'menohok', tjin*
Postingan itu sebenarnya tentang *uhuk* cin.... *uhuk* ta, about how she met her husband, about how she heard 'something' that made her sure about her biggest decision, it is....to marry him. Now, she's having an amazing life with her loveliest one :)
Pandangan saya, tulisan Bundo ini adalah tentang apa yang ia dengar dan ia turuti.
Alam bawah sadar.
Sugesti diri sendiri, yang kadang kita tidak pedulikan.
Seperti yang pernah saya sebutkan di sini, saya seringkali mendengar suara bising di kepala saya. Suara orang mengobrol ngalor ngidul, suara robot, suara ibu yang sedang memarahi anaknya.. Semuanya berkumpul di dalam kepala. Penuh. Sesak. Rasanya seperti pasar. Ada waktu-waktu tersendiri dimana saya lagi sibuk-sibuknya sama pekerjaan saya(sebagai freelancer) dan kuliah, dan kepala rasanya tidak mau kompromi. Saya sibuk, mereka ribut. Apa yang kemudian terjadi?
Chaos.
Saya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi. Pekerjaan saya yang waktu itu notabene adalah translate dari dokumen berbahasa Indonesia ke dokumen berbahasa Inggris, berantakan. Grammar hancur. Ngeheknya pol, lebih ngehek dari grammarnya Google Translate. Kuliah saya? Jangan tanya. Kuliah jam 7 pagi sampe sore, tanpa tidur pada malam sebelumnya. Pulang kuliah langsung ke kantor, kejar deadline.
Kepala saya isinya hanya pekerjaan dan kuliah. Patah hatipun lalu datang sekoyong-koyong seenaknya dan ikut memasukkan diri, nyempil diantara mereka. Kepala penuh, hati runtuh. *TSAAAAAH!*
Kelar idup gue. Kelar.
Itu termasuk masa hidup saya yang paling hectic.
Sekarang, walaupun sudah lewat, saya masih bisa merasakan suara-suara itu di dalam kepala saya. Mereka betah, saya pikir. Saya mulai tanya-tanya sana sini tentang suara-suara ini. Kebanyakan bilang saya punya kekuatan gaib. Tunggu dulu, bok. Saya bukannya gak cinta nih ya, but i don't think i'm that 'special'. Suara-suara ini, nggak ada hubungannya dengan per-gaib-an, walaupun gue sangat menghargai itu. Thank you, then.
Saya tetap bertahan dan kekeuh kalau itu halusinasi. Saya pasti berhalusinasi, pasti karena saya kecapekan, pasti karena saya kurang konsentrasi, pasti karena saya ini, saya itu, dan sejuta alasan lainnya yang saya karang-karang sendiri.
Halusinasi pun menjadi alasan paling kuat saya selama ini.
Sampai ketika saya membaca paragraf kesembilan di blogpostnya yang saya link di atas..
Ternyata bukan halusinasi. Ternyata bukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-gaib-an. It's me, in my own subconsciousness. Yes, the other half of Anita.
Bedanya, Anita yang sekarang menulis blogpost lagi merasa dilematik akan poninya, Anita yang 'satu lagi' entah punya poni apa enggak.
*dikepret*
Seru, rasanya. Seperti punya saudara kembar identik.
*info nggak penting*
Lalu, kenapa saya sering banget dengar banyak suara di kepala saya?
Karena saya nggak fokus. Banyak hal berkecamuk di kepala saya, seakan-akan semua hal di dunia ini saya masukkan ke dalam kepala saya. Makanya juga, saya bahas tentang 'seperti punya saudara kembar identik' ini. Seperti saya, Anita yang satu lagi ini juga suka bercerita dan akan marah kalo nggak didengerin. I was THAT busy, dan Anita yang satu lagi punya banyak 'cerita' yang ingin diceritakan dalam keheningan(aduh, ribet ya? Baca aja dengan 'ketenangan'). But i ignored her. She tried to tell me many things, but i kept on ignoring her, she got mad, lalu 'marah'lah dia. Marahnya dalam bentuk apa? Ya itu tadi, suara-suara yang mengganggu di dalam kepala. Pernah loh, saya lagi kerja, terus hampiiiiirrr banget ketiduran di depan Bleki(nama laptop saya), tinggal selangkah lagi menuju tidur yang tenang dan pulas, lalu ada suara perempuan yang teriak, "JANGAN TIDUR!!" dan, yak, kebangun aja gitu gue terus melek sampe subuh.
And i just realized, it might be her. Bisa jadi juga, ketika saya bangun dan melek sampe subuh, dia bilang,"Mampus kan lo gak bisa tidur sampe subuh? Siapa suruh gak pernah mau dengerin gue". Bisa jadi loh, ya. BISA JADI. Soalnya saya akan kesel banget kalo omongan saya gak didenger dan suka mampus-mampusin orang kalo dia kena batunya gara-gara gak dengerin saya..
*ngaku kan tuh jadinya. Cih*
Aneh, ya?
For those who don't care, yes it is. I am.
Tapi itulah yang saya rasakan. Saya juga baru 'ngeh', pas saya sudah lepas dari jeratan Diknas dan segala kejaran deadlinenya yang kebetulan juga berakhirnya semester 5 waktu itu, saya jadi lebih tenang. Walaupun kadang masih ada suara-suara, itu datengnya pas saya lagi chat sama si Mas waktu jaman PDKT dulu *hayah, najis banget lo Ta pake segala pamer*. Telling you this, Mas: Anita itu pencemburu. Jadi ketika saya lagi ngobrol sama si Mas suara-suaranya dateng, tapi setelah itu tidur saya nyenyak. Tenang. Mungkin pada saat itu giliran saya yang mendengarkan dia setelah seharian dia nemenin saya.
Well,
saya jadi belajar satu hal disini,
Never, EVER ignore what you hear.
Itu yang Bundo Miund bilang ke saya.
And i fully agree with that.
Lagipula,
gimana kita bisa menghargai orang lain kalau menghargai diri sendiri aja masih setengah-setengah?
:)
Good night, goodness.
Postingan itu sebenarnya tentang *uhuk* cin.... *uhuk* ta, about how she met her husband, about how she heard 'something' that made her sure about her biggest decision, it is....to marry him. Now, she's having an amazing life with her loveliest one :)
Pandangan saya, tulisan Bundo ini adalah tentang apa yang ia dengar dan ia turuti.
Alam bawah sadar.
Sugesti diri sendiri, yang kadang kita tidak pedulikan.
Seperti yang pernah saya sebutkan di sini, saya seringkali mendengar suara bising di kepala saya. Suara orang mengobrol ngalor ngidul, suara robot, suara ibu yang sedang memarahi anaknya.. Semuanya berkumpul di dalam kepala. Penuh. Sesak. Rasanya seperti pasar. Ada waktu-waktu tersendiri dimana saya lagi sibuk-sibuknya sama pekerjaan saya(sebagai freelancer) dan kuliah, dan kepala rasanya tidak mau kompromi. Saya sibuk, mereka ribut. Apa yang kemudian terjadi?
Chaos.
Saya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi. Pekerjaan saya yang waktu itu notabene adalah translate dari dokumen berbahasa Indonesia ke dokumen berbahasa Inggris, berantakan. Grammar hancur. Ngeheknya pol, lebih ngehek dari grammarnya Google Translate. Kuliah saya? Jangan tanya. Kuliah jam 7 pagi sampe sore, tanpa tidur pada malam sebelumnya. Pulang kuliah langsung ke kantor, kejar deadline.
Kepala saya isinya hanya pekerjaan dan kuliah. Patah hatipun lalu datang sekoyong-koyong seenaknya dan ikut memasukkan diri, nyempil diantara mereka. Kepala penuh, hati runtuh. *TSAAAAAH!*
Kelar idup gue. Kelar.
Itu termasuk masa hidup saya yang paling hectic.
Sekarang, walaupun sudah lewat, saya masih bisa merasakan suara-suara itu di dalam kepala saya. Mereka betah, saya pikir. Saya mulai tanya-tanya sana sini tentang suara-suara ini. Kebanyakan bilang saya punya kekuatan gaib. Tunggu dulu, bok. Saya bukannya gak cinta nih ya, but i don't think i'm that 'special'. Suara-suara ini, nggak ada hubungannya dengan per-gaib-an, walaupun gue sangat menghargai itu. Thank you, then.
Saya tetap bertahan dan kekeuh kalau itu halusinasi. Saya pasti berhalusinasi, pasti karena saya kecapekan, pasti karena saya kurang konsentrasi, pasti karena saya ini, saya itu, dan sejuta alasan lainnya yang saya karang-karang sendiri.
Halusinasi pun menjadi alasan paling kuat saya selama ini.
Sampai ketika saya membaca paragraf kesembilan di blogpostnya yang saya link di atas..
Ternyata bukan halusinasi. Ternyata bukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-gaib-an. It's me, in my own subconsciousness. Yes, the other half of Anita.
Bedanya, Anita yang sekarang menulis blogpost lagi merasa dilematik akan poninya, Anita yang 'satu lagi' entah punya poni apa enggak.
*dikepret*
Seru, rasanya. Seperti punya saudara kembar identik.
*info nggak penting*
Lalu, kenapa saya sering banget dengar banyak suara di kepala saya?
Karena saya nggak fokus. Banyak hal berkecamuk di kepala saya, seakan-akan semua hal di dunia ini saya masukkan ke dalam kepala saya. Makanya juga, saya bahas tentang 'seperti punya saudara kembar identik' ini. Seperti saya, Anita yang satu lagi ini juga suka bercerita dan akan marah kalo nggak didengerin. I was THAT busy, dan Anita yang satu lagi punya banyak 'cerita' yang ingin diceritakan dalam keheningan(aduh, ribet ya? Baca aja dengan 'ketenangan'). But i ignored her. She tried to tell me many things, but i kept on ignoring her, she got mad, lalu 'marah'lah dia. Marahnya dalam bentuk apa? Ya itu tadi, suara-suara yang mengganggu di dalam kepala. Pernah loh, saya lagi kerja, terus hampiiiiirrr banget ketiduran di depan Bleki(nama laptop saya), tinggal selangkah lagi menuju tidur yang tenang dan pulas, lalu ada suara perempuan yang teriak, "JANGAN TIDUR!!" dan, yak, kebangun aja gitu gue terus melek sampe subuh.
And i just realized, it might be her. Bisa jadi juga, ketika saya bangun dan melek sampe subuh, dia bilang,"Mampus kan lo gak bisa tidur sampe subuh? Siapa suruh gak pernah mau dengerin gue". Bisa jadi loh, ya. BISA JADI. Soalnya saya akan kesel banget kalo omongan saya gak didenger dan suka mampus-mampusin orang kalo dia kena batunya gara-gara gak dengerin saya..
*ngaku kan tuh jadinya. Cih*
Aneh, ya?
For those who don't care, yes it is. I am.
Tapi itulah yang saya rasakan. Saya juga baru 'ngeh', pas saya sudah lepas dari jeratan Diknas dan segala kejaran deadlinenya yang kebetulan juga berakhirnya semester 5 waktu itu, saya jadi lebih tenang. Walaupun kadang masih ada suara-suara, itu datengnya pas saya lagi chat sama si Mas waktu jaman PDKT dulu *hayah, najis banget lo Ta pake segala pamer*. Telling you this, Mas: Anita itu pencemburu. Jadi ketika saya lagi ngobrol sama si Mas suara-suaranya dateng, tapi setelah itu tidur saya nyenyak. Tenang. Mungkin pada saat itu giliran saya yang mendengarkan dia setelah seharian dia nemenin saya.
Well,
saya jadi belajar satu hal disini,
Never, EVER ignore what you hear.
Itu yang Bundo Miund bilang ke saya.
And i fully agree with that.
Lagipula,
gimana kita bisa menghargai orang lain kalau menghargai diri sendiri aja masih setengah-setengah?
:)
Good night, goodness.
05 April 2011
Opo ikiiii
Saya ingin menulis, untuk kamu, yang sekarang sedang berputar di kepala saya dengan riang gembira.
Kamu, yang di sebelah sana, sedang menyeruput kopi hitam dan menghisap batangan tembakau.
Kamu, yang sedang berkerut-kerut jidatnya, jangan dikucek-kucek matanya, nanti jadi makin merah.
Saya nggak tau mau nulis apa tentang kamu. Yang penting mah nulis, biar nggak dibilang blogger murtad ke twitter. Nulis apa ya, Sayang? Bingung, ih. Aduh. No inspiration ieu teh. Bagi dulu dong kopinya. Tembakaunya boleh? Enggak? Oh, makasih ya, kamu pelit. Huh.
Yaudah, deh. Nggak jadi nulis.
*malah ngambek*
*nulis woy!*
Iya, iya. Udah kepalang tanggung nulis paragraf pembuka, sekarang mari kita tulis intinya.
Inti dari tulisan kali ini adalah....
Saya rindu, akan hangatmu.
Genggaman tangan yang tidak terlalu erat, namun menghanyutkan.
Pandangan mata yang tidak tajam namun meneduhkan.
Senyum yang tersirat namun memabukkan.
Kamu tahu apa yang ada di pikiran saya ketika percakapan kita di telepon berakhir?
"Sompret, gue belom bersihin make-up!"
Eh, bukan. Itu untuk scene saya-yang-abis-pulang-syuting-putri-yang-ditukar-di-semak-semak.
*singkirkan Nikita Willy dari dunia persinetronan Indonesia dan biarkan dia menjalani kewajibannya sebagai siswa*
Saya kecanduan. Kamu candunya.
Dengan segala cerita yang baru kamu lontarkan ke saya tadi, dengan komunikasi kita yang hampir tidak ada hari ini..
Kamu, perusak mood saya. Nomor satu. Hanya ketika kamu tidak ada.
Kamu, kesederhanaan yang membuat saya menjadi rumit. Hanya ketika kamu datang dengan belaianmu yang mendarat di poni saya.
Kamu, genggaman erat pada kelonggaran yang kita sepakati. Hanya ketika saya sudah gila dan mengikat kamu secara paksa untuk tidak kemana-mana.
Sudah, sudah.
Cukup sudah tulisan ngalor-ngidulnya.
Saya mau tidur saja, menikmati kamu secara virtual. Bukan, bukan adegan syur. Saya kan alim. Banget. Tanya sama pengurus mesjid di dekat rumah saya, "Anita itu orangnya gimana?" pasti mereka jawab, "Anita yang mana? Yang alim banget itu, ya?" oh jangan heran kalau kamu lihat mereka langsung ambil wudhu dan sholat tobat, Sayang. Mereka hanya meminta ampunan kepada Tuhan karena baru saja membohongi kamu.
....
Mas,
Kamu baru saja membaca tulisan saya yang menghancurkan pencitraan sendiri.
Masih mau kamu sama saya?
Tulisan kali ini sungguh pointless dan ngalor ngidul. Maaf ya, para pembaca. Saya menulis dalam keadaan kangen dan bebek bakar lengkap dengan sambelnya yang saya rasa utusan neraka menari-nari dan bergejolak di perut saya..
Kamu, yang di sebelah sana, sedang menyeruput kopi hitam dan menghisap batangan tembakau.
Kamu, yang sedang berkerut-kerut jidatnya, jangan dikucek-kucek matanya, nanti jadi makin merah.
Saya nggak tau mau nulis apa tentang kamu. Yang penting mah nulis, biar nggak dibilang blogger murtad ke twitter. Nulis apa ya, Sayang? Bingung, ih. Aduh. No inspiration ieu teh. Bagi dulu dong kopinya. Tembakaunya boleh? Enggak? Oh, makasih ya, kamu pelit. Huh.
Yaudah, deh. Nggak jadi nulis.
*malah ngambek*
*nulis woy!*
Iya, iya. Udah kepalang tanggung nulis paragraf pembuka, sekarang mari kita tulis intinya.
Inti dari tulisan kali ini adalah....
Saya rindu, akan hangatmu.
Genggaman tangan yang tidak terlalu erat, namun menghanyutkan.
Pandangan mata yang tidak tajam namun meneduhkan.
Senyum yang tersirat namun memabukkan.
Kamu tahu apa yang ada di pikiran saya ketika percakapan kita di telepon berakhir?
"Sompret, gue belom bersihin make-up!"
Eh, bukan. Itu untuk scene saya-yang-abis-pulang-syuting-putri-yang-ditukar-di-semak-semak.
*singkirkan Nikita Willy dari dunia persinetronan Indonesia dan biarkan dia menjalani kewajibannya sebagai siswa*
Saya kecanduan. Kamu candunya.
Dengan segala cerita yang baru kamu lontarkan ke saya tadi, dengan komunikasi kita yang hampir tidak ada hari ini..
Kamu, perusak mood saya. Nomor satu. Hanya ketika kamu tidak ada.
Kamu, kesederhanaan yang membuat saya menjadi rumit. Hanya ketika kamu datang dengan belaianmu yang mendarat di poni saya.
Kamu, genggaman erat pada kelonggaran yang kita sepakati. Hanya ketika saya sudah gila dan mengikat kamu secara paksa untuk tidak kemana-mana.
Sudah, sudah.
Cukup sudah tulisan ngalor-ngidulnya.
Saya mau tidur saja, menikmati kamu secara virtual. Bukan, bukan adegan syur. Saya kan alim. Banget. Tanya sama pengurus mesjid di dekat rumah saya, "Anita itu orangnya gimana?" pasti mereka jawab, "Anita yang mana? Yang alim banget itu, ya?" oh jangan heran kalau kamu lihat mereka langsung ambil wudhu dan sholat tobat, Sayang. Mereka hanya meminta ampunan kepada Tuhan karena baru saja membohongi kamu.
....
Mas,
Kamu baru saja membaca tulisan saya yang menghancurkan pencitraan sendiri.
Masih mau kamu sama saya?
Tulisan kali ini sungguh pointless dan ngalor ngidul. Maaf ya, para pembaca. Saya menulis dalam keadaan kangen dan bebek bakar lengkap dengan sambelnya yang saya rasa utusan neraka menari-nari dan bergejolak di perut saya..
Subscribe to:
Posts (Atom)