*menangis haru*
*potong tumpeng*
*gelar dangdutan tujuh hari tujuh malam*
Jadi, saya mau menulis postingan
Akhirnya saya merubah warna rambut saya. Ihik ihik.
*kibas dulu dikit rambut barunya*
Begini, tadi pagi saya lagi celingukan pegel-pegel di depan Bleki dari pagi-siang, sampai akhirnya hati saya tergerak untuk memberikan punggung ini sentuhan-sentuhan cinta dari tukang pijet di salon. Iya, namanya Masseur. Tapi kalo yang mijetin mbak-mbak, ya namanya Mbakseur.
*ditotok mati*
Akhirnya saya mandi dan ganti baju, setelah rapi jali kece dan wangi WHICH IS SAYA BINGUNG KENAPA SAYA MANDI PAN ENTAR KALO PIJETNYA PAKE LULUR SAYA MANDI LAGI, saya pamit dan meminta restu kepada kedua orang tua saya untuk menjalankan ibadah kecantikan pada hari Minggu kali ini.
Berikut percakapan saya dan Papa yang terjadi siang tadi:
Saya : Pa, berangkat dulu, ya.
Papa : Mau kemana?
Saya : Ke salon.
Papa : Mau ngapain?
Saya : ............
APAKAH BAPAK SAYA BERPIKIR SAYA AKAN MAIN CONGKLAK ATAU IKUT KELAS MEMASAK DI SALON? ATAU MEMANG SELAMA INI BAPAK SAYA MENGANGGAP SAYA LAKI-LAKI? SEBAGAI ANAK PEREMPUAN YANG BERASAL DARI PELUH DAN BIBITNYA, SAYA MERASA GAGAL-SODARA-SODARA SEKALIAN!
*menangis di bawah lampu pekarangan kantor Kelurahan*
*diusir hansip domestik*
Saya menyerah, akhirnya mengalihkan proposal izin juga restu dan doa-doa terlampir kepada Mama. Dengan rasa pegal di punggung yang makin terasa serta dorongan juga hasrat mendengar bunyi keretek-keretek ketika punggung saya dihajar pijatan mahadahsyat, saya cium tangan dan pamit. Berikut juga percakapan yang terjadi antara saya dan Mama:
Saya : Berangkat dulu, Ma"
Mama : Mau kemana?
Saya : Salon
Mama : Mau potong rambut?
Saya : Enggak, krimbat aja.
Mama : Oh, yaudah hati-hati.
.......
Udah gak usah protes. Saya juga bingung kenapa ketika ditanya apa yang akan saya perbuat di salon dari harusnya jawaban "Mau pijet dan lulur" menjadi "Krimbat". Namun dalam sepersekian detik saya ingat kalau saya belum keramas dengan baik dan benar. Lagipula, kalo krimbat kan dapet pijetnya juga, jadi 2 in 1. HOBAHH! Dengan tekad yang bulat, saya pun berangkat. #rhyme.
Sesampainya di salon.
Saya memutuskan untuk ke salon yang terdapat di dekat rumah. Saya suka wangi shampoo-nya, tidak menyengat. Pas saya masuk salon pun wanginya enak, nggak wangi bahan-bahan kimia gitu. Saya disambut dengan manis oleh seorang mbak-mbak yang pake eyeliner warna biru di mata bagian bawah. Sungguh fantastis dan bertemakan Summer make up si mbak kali itu. Berikut kutipan percakapan yang terjadi antara saya dan mbak-mbaknya.
Mbak-mbak eyeliner biru tua di bawah mata (MMEBTDBM): Siang, Kak!
Saya yang walaupun nggak pake eyeliner biru tapi cantiknya tetap membahana (SYWNPEBTCTM): Siang.
MMEBTDBM : Mau dapat perawatan apa?
SYWNPEBTCTM: Cat rambut aja, Mbak.
........
UDAH GAK USAH PROTES KENAPA SAYA YANG HARUSNYA JAWAB "CREAM BATH" JADI "CAT RAMBUT"! GAK USAAAAAAAHHHH!!
*obrak abrik terminal*
*bongkar*
*minum TOP Coffee yang bintang iklannya Iwan Fals, biar tema-nya sama*
Kemudian saya diminta duduk sama si MMEBTDBM sambil dikasihin katalog warna rambut. Setelah menimbang, menganalisa, mencerna dan mengkonsolidasi serta mengejawantahkan pemikiran-pemikiran matang, saya akhirnya memutuskan untuk mewarnai rambut saya dengan warna Mahogany. Setelah memutuskan, saya akhirnya digiring untuk kemudian dikeramasin. Setelah dikeramasin sama mbak-mbak yang ramah tapi bawel, saya dipertemukan oleh stylist yang kemudian meng-handle masalah pewarnaan rambut saya ini. Layaknya Dude Herlino dan Naysila Mirdad, chemistry kami pun berjalan dengan baik. Saya tidak meragukan keterampilan Mas Stylist ini untuk menangani perkara mewarnai rambut saya kali ini.
Kami hanya mengobrol sebentar, Mas Stylist membawa hasil "godokan" cat rambut saya. There you go:
Warnanya sepintas terlihat seperti Deep Violet-nya Johnny Andrean, which is warna rambut saya sebelumnya. Melihat warna "godokan"-nya kayak gini, saya makin merasa aman dan nggak salah pilih.
Lalu kemudian, proses pewarnaan rambut pun dilakukan:
Keterangan gambar:
1. Mas Stylist lagi ngudak-ngudak rambut saya untuk diwarnai dengan baik dan benar menurut keyakinan yang dia imani untuk memberi hasil dan warna terbaik untuk rambut saya. Komentarnya sama kayak Mas-mas ataupun mbak-mbak salon yang pernah mewarnai rambut saya, "Rambutnya banyak ya hehe. Hehe. Hehe" maaf, Mas. Kamu tidak lolos seleksi ketahanan imatn menangani rambut saya.
2. Oh, belum. Proses ngudak-ngudak rambut saya belum selesai. Si Mas Stylist nggak ada karena DIA LAGI NGAMBIL GODOKAN CAT TAHAP DUA. Bener kan saya bilang, satu tube nggak akan cukup buat rambut saya :))))
3. Akhirnya selesai juga rambut saya diudak-udak. Alat yang terlihat seperti akan menembak kepala saya dengan laser ini namanya entah apa, alat ini berputar-putar dan mengeluarkan panas. Mungkin kayak alat steam gitu kali, ya. Cuma dia muterin kepala saya secara otomatis, kata Mas Stylist sih biar warnanya cepat menyerap. Saya nggak ngerti apa-apa yo diem aja. Oh iya, selama pemasangan dan pe-familiar-an alat ini di atas kepala saya, kami masih ngobrol. Berikut cuplikannya, pemirsa:
Saya : Tadinya ke sini aku mau krimbat. Malah jadi cat rambut.
Mas Stylist: Loh kok bisa? Tadinya mau merawat rambut jadi ngerusak rambut ya. Hehe. Hehe. Hehe.
Saya : Madi rodok.
Catatan: Bagian terakhir pada dialog di atas tentu saja saya katakan dalam hati.
Setelah 15 menit kepala saya diputer-puterin sama alat aneh itu, Mas Stylist datengin saya, megang-megang rambut saya sebentar, lalu dia bilang, 5 menit lagi, ya. Dan dia nyalain alat aneh itu lagi dan ninggalin saya lagi. Hih. Dasar laki-laki bisanya ninggalin kalo kita lagi nggak tau harus apa!
*Mendadak sinetron*
Setelah 5 menit, dia menilik, menimbang, dan mengkonveksi, akhirnya dia memutuskan kalau warna rambut saya sudah dipastikan menempel dan saya kembali digiring untuk dikeramasin. Selesai dikeramasin, Mas Stylist kembali bersama saya untuk nge-blow............rambut.
Kutak katik kutak katik selama kurang lebih setengah jam dan berkali-kali mengucapkan "Rambutnya enak ya, tebel. Hehehe. Hehehehehehehe" sambil tertawa miris, akhirnya ritual kali ini selesai juga.
Mengucapkan terima kasih karena sudah bersabar sama saya, Mas Stylist langsung menghilang untuk makan siang. YAELAH SEGITU PEGELNYA NGECAT RAMBUT SEGINI DOANG? LAKI-LAKI MACAM APA ITU?
*manyun*
Setelah cengar-cengir sendiri membayangkan hasil maksimal rambut saya seperti apa, saya mengumpulkan keberanian untuk menghadapi kenyataan paling pahit: Membayar tagihan atas perawatan yang saya lakukan. *kunyahin dompet*
Dan benar,
harganya dua kali lipat.
*elus-elus dada*
*dada Daniel Craig*
Ya gimana, resiko punya rambut banyak dan panjang begini, kudu siap-siap nambah :))))
Tapi saya puas sih sama hasilnya. Walaupun saya kasian sama Mas Stylist-nya, tapi saya kagum akan keberaniannya untuk tetap teguh menghadapi saya.
*emang itu kerjaan dia nyet!*
Saya kemudian berpindah ke lokasi lain untuk bertemu teman-teman saya. Mereka pun juga senang sama warna rambut saya. Mau lihat? Kasih tau nggak yaaaa~
*digetok*
Here you go:
Yang di atas itu contoh warna rambut yang ada di katalog, yang di bawah itu saya. Iya, saya. Kenapa pada nggak percaya sih sama fakta kalo saya tuh cakep banget? BANGET LOH, BANGET!!
*ditimpukin duren sama pohon-pohonnya*
Warnanya belum terlalu kelihatan sih karena saya nggak pake bleaching. Tapi entar juga lama-lama nempel dan mulai beradaptasi, kok. Amin, sodara? Amin!
*edarin kotak amal*
Jadi, mulai siang tadi, saya sudah menjalani kehidupan extra ordinary ini dengan warna rambut baru! YAK KEPROK TANGAN SEMUANYAAAAA!
*tepuk tangan sendirian*
Dan saya nggak sbar untuk melihat hasil maksimal dari warna rambut ini. So, welcome to my head, the color of Mahogany! :)
P.S: Kadek belum tahu kalo saya cat rambut. Harusnya sih hari ini jadwal dia BBM saya (kalo beruntung dia dapet sinyal di sana), tapi kalo malem ini nggak BBM, berarti deg-degannya harus nunggu sampe Rabu, jadwal tetap dia nge-BBM saya. Muahahahahahahahaha.
*disambit tube cat rambut*
*keselek*