Walaupun belum tepat 24 jam dari kesepakatan kita semalam.
Dari 7 hari yang ditentukan, hari ini, adalah hari pertama.
Kamu tanpa saya, saya tanpa kamu.
Karena saya tidak bisa bercerita tentang apapun kepada kamu, berdasarkan perjanjian kita,
maka saya sampaikan semuanya di blog ini, rumah saya yang mulai sudah berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Ah, ada tarantula dan ular kobra juga. Sebentar. Ini blog atau hutan tropis?
Baiklah.
Hari ini, hari Jum'at. Hari favorit saya, yang selalu kamu tahu.
Pagi tadi, saya bangun tidur, langsung lihat handphone CDMA saya. Tidak ada missed call dari kamu. Hanya SMS dari kamu. Oh, ya. I love you, too.
:)
Leyeh-leyeh sebentar, ganti baju, langsung ambil sepeda, oh bukan, bukan sepeda tetangga, sepeda Papa.
Berangkat ke rumah Uti, seperti biasa kami bersepeda dari satu pos hansip ke pos hansip lainnya. Berhenti sebentar di tukang nasi uduk, sarapan, lalu lanjut sepedahan lagi.
Lalu kami merasa mual. Makan nasi uduk dengan sambel sebelum sepedahan terlaksana dengan lancar jaya sentosa abadi selamanya bukanlah ide yang bagus untuk memulai hari, ternyata. Bukan, bukan Hari Mukti. Hari Pantja aja yang lebih heits dikit.
....
Ya sudahalah.
Dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sesi sepedahan kali ini.
Pulang ke rumah, leyeh-leyeh lagi, lalu...............ketiduran.
Dua jam.
Iya, kamu boleh bilang saya siluman kerbau sekarang. Hih.
Bangun pada saat jam makan siang, lalu Uti datang ke rumah saya. Bukan, bukan kunjungan balik seperti yang para orang tua dari calon mempelai lakukan, kami belum merencanakan pernikahan kami lagipula.
*disambit gerobak sate Padang*
Saya memang sudah janji sama Uti untuk menemani dia membeli gaun untuk acara Gala Dinner dari kampusnya yang terletak di negeri jiran sana.
Tapi, tidak ada hasilnya. Entah kenapa mal gaul yang terletak di dekat rumah saya itu tidak menyediakan stok yang cukup baik untuk dress yang elegan dibanding pakaian-pakaian yang lebih cocok dipakai untuk nonton ST 12 manggung, well, if you KNOW what I mean.
Tidak mendapatkan hasil untuk dress, tapi akhirnya mimpi saya akhir-akhir ini terwujudkan, sayang.
Yak, betul. Makan McDonald's.
You know I've been dying to eat that, tapi nggak ada kesempatan.
Maka dari itulah, saya langsung berasa di surga.
Dengan potongan-potongan ayam goreng tepung yang menari-nari dengan indahnya, dan lelehan ice cream yang membentuk sungai dan bermuara di danau penuh cokelat dan soda yang memukau.
*mulai berfatamorgana, tampar diri sendiri*
Kenyang, lalu kami pulang.
Sampai rumah, saya menemukan Papa lagi asyik (iya, pake y. Saking asiknya) menonton DVD pernikahan kakak sepupu saya bulan Mei kemarin. Agak merinding karena takut disuruh cepetan kawin, saya memutuskan untuk tidak menemani Papa menonton kali ini. Bukan maksud durhaka, tapi SIAPA YANG MAU NGAWININ SAYA SEKARANG???
.....
Baiklah, mulai hopeless.
Lanjut.
Saya ganti baju, leyeh-leyeh(IYA, LAGI DAN LAGI), lalu ambil sepeda dan berangkat ke rumah Uti.
Yes, kami sepedahan lagiiii! Muahahahaha. Kami merasa (agak) bersalah dengan sesi sepedahan pagi tadi yang sangat singkat, terus lanjut sepedahan. Muter-muterin komplek perumahan seperti biasa. Ternyata sesi sepedahan tidak berlangsung lama, kami berpisah di persimpangan jalan dengan dramatisnya, lengkap dengan adegan tangis-tangisan dan janji setia sehidup semati.
Oh, tentu saja saya lebay.
Uti pulang, saya ke studio.
Main badminton.
Satu-satunya olahraga yang membuat saya terlihat bodoh, dan rabun karena saya berkali-kali menjatuhkan kok ke dalam got.
Tapi demi keringat, cincay lah.
Puas keringatan, maghrib saya pulang, berniat berteduh di pangkuan ibunda.
Sampai rumah, ternyata Mama lagi nyuci.
Nggak jadi, deh. Daripada saya terpaksa keramas pakai Molto, lebih baik urungkan saja niatnya.
Tidak lama di rumah, dua begundal yang suka tiba-tiba memunculkan batang hidungnya, Arief dan Mahesa, membuktikan konsistensi mereka. Datang tiba-tiba SMS dari Mahesa, "Gue di depan".
Dua menit setelah adzan maghrib selesai.
Saya mulai meragukan keabsahan mereka sebagai manusia tulen.
YA ORANG GILA MANALAGI YANG NONGOL DI DEPAN PINTU RUMAH ORANG MAGHRIB-MAGHRIB??
Tapi karena mereka teman baik saya, saya bukakan pintu.
Kalimat pertama dari Arief:
"Ini si Anita kok gemukan lagi sih?"
Yeah, Rief. Waalaikum salam.
*sembur galian singset*
Tiba-tiba ngajakin pergi. Dengan sisa uang yang SANGAT minim, kami pamit pergi setelah saya mandi.
Tujuan pertama, Sarinah. Saya ada urusan di sana. Bukan, bukan berniat menjual dua laki-laki itu, tapi ada hal lain yang harus diselesaikan.
*backsound James Bond mengalun syahdu*
Selesai dengan urusan saya, kami makan nasi kucing. Angkringan, cyin.
Dua begundal itu makan dengan lahapnya, saya sebagai perempuan kalem dan berdedikasi tinggi pada menghindari karbohidrat pada malam hari, memesan jahe susu.
Kami ngobrol, well, lebih kepada arti saya menonton mereka berdua mendiskusikan perempuan mana yang layak didekati. Tertawa-tawa sampai keringatan, lalu akhirnya kami pulang.
Di jalan pulang, saya memutarkan lagu Creep milik Radiohead yang dibawakan oleh Ingrid Michaelson.
Lalu Arief, dengan pandangan merenung, bilang:
"Emang deh Thom Yorke nggak ada matinya. Kalo boleh dijadiin teladan mah gue udah......"
Mahesa lalu nyamber, "Ya boleh kali"
Arief: "Nggak boleh, lah. Teladan hidup kita tuh Nabi Muhammad, nggak boleh ada yang lain"
Mahesa: "Ya enggak, lah. Kan ada istilah 'murid teladan' bla bla bla...."
Arief: "Ya itu salah satu pembendaharaan kata yang salah, Sa. Sekarang gini, ya... bla bla bla"
Saya, di bangku belakang, mendengarkan mereka berdebat tentang teladan, sepanjang jalan.
Seperti biasa, hanya bisa geleng-geleng kepala.
Lalu lagu kedua, Linger-nya The Cranberries. Untuk pemanasan Mahesa yang akan nonton Java Rocking Land hari Sabtu besok. Well, dia cuman tau Linger sama Zombie, sebenarnya..
*diceburin ke Pantai Selatan sama Mahesa*
Sampai rumah saya, AKHIRNYA.
Mereka berdua mampir sebentar, lalu pulang.
Saya, cuci kaki, cuci tangan, masuk kamar.
Lalu menulis postingan ini.
Untuk kamu, supaya tidak benar-benar kehilangan saya.
Sambil lihat-lihat timeline, dan ada Nazaruddin lagi yang kembali heits setelah insiden Sari Roti-nya itu.
Guess what?
Dia wawancara dengan salah satu stasiun TV swasta kita, menggunakan.............topi jerami.
*hening*
*jangkrik bersahut-sahutan*
*tokek menelan mereka satu-satu dan menjadi gemuk, lalu obesitas*
Kamu mau liat, sayang?
Ini dia.
Yes I agree with you.
Dia terlihat seperti seorang peternak cangcorang di sini.
:))
Well, yeah, guess that's all I can share for now.
I'm going to bed, good night, lover.
:)