Saya menyayangi kamu dari semua hal yang kamu punya.Kekuranganmu, kelebihanmu, semuanya.
Kamu yang tidak banyak berekspresi, kamu yang cemburuan, kamu yang penyayang, kamu yang pekerja keras, kamu yang keras kepala, kamu baru bangun tidur, kamu sudah mandi, kamu lagi kelaparan...
Rasanya seperti membaca buku. Sebuah buku yang tidak habis-habis lembarannya saya baca. Kalau bisa diberikan judul, mungkin judulnya akan "Ensiklopedia Kadek: Jangan dibaca jika Anda tidak benar-benar menyayanginya". Buku itu akan berisi tentang kamu. Tentang jarak, tentang benua Amerika, tentang perbedaan waktu, tentang apa makanan kesukaanmu, tentang apa yang kamu suka dan tidak suka....
Saya awalnya tidak benar-benar menyayangi kamu.
Saya pikir kita hanya akan berhenti pada batas "Profesional". Tapi semua hal yang kita perbincangkan, dentingan botol bir dan butiran popcorn, logat bicaramu yang sangat kental, kedua bola matamu, ejekan-ejekan khas yang keluar dari mulutmu, kebutuhan untuk menemanimu main futsal, semua mendadak berputar balik menyerang saya dan berbaris rapi menyiapkan amunisi untuk membuat saya benar-benar menyayangi kamu.
Menangis karena merindukan hadirmu sudah bukan hal aneh bagi saya. Lembar tissue yang berserakan, rengekan dan teriakan rindu yang kamu terima dari saya. Sudah biasa kan, Sayang? Benar, kamu bisa dibilang lebih tepatnya sedang menjalin hubungan dengan nenek-nenek ketimbang seorang Anita. Namun semakin saya berteriak, semakin saya merindukan kamu. Dan kamu jugalah yang membuat saya belajar untuk meredam semua hal-hal pembuang energi itu menjadi sebuah dorongan bagi saya untuk lebih bersabar.
Membayangkan bahwa kurang lebih 100 hari lagi kita akan bertemu, membuat saya tersenyum lebar. Saya akan mempersiapkan semuanya dengan baik. Percaya sama saya, Sayang.
:)
Tapi kamu tahu, hal apa yang paling mencekat rahang saya dan merapatkan tenggorokan saya dalam sekejap dan membuat saya hampir mengurungkan niat untuk berhenti menuliskan tulisan ini?
Kenyataan bahwa saya harus berkata, "Ada, Ma. Tapi Hindu.." ketika suatu saat nanti Ibu saya bertanya kepada saya apakah ada laki-laki selain ayah dan adik saya, yang sangat saya cintai dan saya harapkan bisa terus menemani saya sepanjang hidup saya.