Kami akhirnya bicara.
Setelah hampir seminggu kesepakatan kami untuk merelakan satu sama lain muncul, kami tidak pernah bicara lagi setelah itu.
Sampai akhirnya, semalam saya memutuskan untuk mengambil langkah. Saya tau saya tidak bisa diam terus seperti ini. Rasanya seperti menanam pepohonan di padang gurun, atau menanam pohon kaktus di padang rumput.
Percakapan ini terjadi di BBM.
A: "Aku marah sama kamu, kecewa sama kamu, you know that, no?"
K: "Iya aku tau. Tapi aku harus akhiri semua ini. Kalo aku ketemu kamu, aku takut aku tidak bisa ambil keputusan"
A: "Iya, kayak dulu sebelum kamu berangkat, kan? Kita udah sepakat untuk putus, eh kamunya plin plan"
K: "Aku gak ada niat untuk jahat sama kamu. Terima kasih selama ini sudah mau ngertiin aku.."
A: "I know. Maaf ya kemarin aku mikir kamu manfaatin aku.."
K: "Aku bukan orang kayak gitu"
A: "Aku juga terima kasih kamu udah ngasih aku kesempatan untuk belajar mahamin LDR sekaligus belajar tentang faith. Aku percaya sama kamu, aku yakin kamu pasti sukses.Walaupun akhirnya tidak seperti yang aku harapkan, but at least we tried, kan?"
K: "Iya. Semoga kita berdua sukses"
A: "Amin. Insya Allah, astungkara.. Good luck ya kamu.. Aku yakin kamu bisa."
K: "Iya. Aku sangat yakin kamu akan dapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari aku"
A: "Kamu pun. Kamu harus dapet yang seiman, ya. Jangan ulangi kesalahan yang sama. Janji?"
K: "Iya. Janji"
A: "So, we end up for good, ya?"
K: "Iya"
A: "Have a good life, Yudi."
K: "Iya, Semoga kamu tetap baik-baik aja"
A: "Iya dooong. Kamu dapet salam dari temen-temen aku. Mau salam balik?"
K: "Iya, bilang aja salam balik dari aku"
And the conversation ended.
I know it's not easy, tidak ada yang mudah dari sesuatu yang disebut 'merelakan'. Ego yang terikat secara emosional yang membuat otak saya mencetak 4 huruf ya itu M, I, N, dan E setiap kali setiap hal tentang Kadek muncul di kepala saya. Possessivity, it is.
Saya masih menangis setiap saya menyadari bahwa saya tidak bisa lagi menceritakan hal apapun kepadanya, saya masih suka kehilangan satu tarikan nafas ketika ada hal yang tidak bisa saya lakukan dan saya harus menyelesaikannya sendiri karena saya sudah tidak punya hak apapun untuk meminta bantuan kepadanya ataupun sekadar mengeluh singkat yang biasanya akan ditanggapi dengan lurus dan tanpa ekspresi. Ya, he always reacts in his own way, and I call it in Kadek way. Saya masih marah dan rasanya ingin sekali melempar semua barang yang ada di depan saya tiap menyadari bahwa yang terjadi sekarang bukanlah hal yang saya inginkan. Selfish, depended, and delusional, I am.
Saya senang kami akhirnya bicara. Saya senang akhirnya pertanyaan yang selama ini berputar di kepala, terjawab sudah. Saya senang pernah mengenal Kadek secara dekat dan terlibat secara emosional dengannya. Tidak ada yang saya sesali, tidak ada yang saya caci maki. Kadek is one of tough boys. Saya tahu bagaimana dia berjuang dan bekerja keras mengejar apa yang selama ini dia cita-citakan dan impikan, bagaimana semua persiapan dilaksanakan, bagaimana cerita ini dimulai..
I'm proud of him.
Kalian bisa baca pada percakapan yang kami lakukan di atas, kami saling mendoakan. Pada satu sama lain, kami berjanji untuk tidak mengulang kesalahan, kami harus mendapatkan pasangan yang lebih baik lagi dan pastinya, seiman.
:)
I really don't know what to say. Eventhough when I'm writing this post, I'm still crying. Saya tidak tahu ini perasaan lega atau sedih. Mungkin keduanya. Lega karena akhirnya semua ganjalan yang selama ini 'mengganggu' jalan kami tersingkir, dan sedih karena saya tidak bisa lagi menjadi bagian dalam perjalanannya seperti yang saya inginkan.
Well, have a good life ahead, Kadek Yudiarta. Saya tidak tahu harus berterima kasih sebanyak apa kepada kamu karena sudah memberi saya banyak cerita dan rasa. Saya yakin, suatu saat nanti akan ada waktunya bagi masing-masing kita untuk menuai kerja keras yang selama ini kita, saya dan kamu pada jalan masing-masing buat dan bangun. Setuju?
Matur suksma..
___
I got a lot of hugs and thoughts right at the second they know we're not together anymore. Thank you, good friends. You're all soooo amazing and lovely. Oh you know who you are :)