03 June 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #3 - Susi

Hai, Mas! Apa kabarmu? Maaf aku agak lama membalas suratmu, puskesmas tempatku ditugaskan mendapat kunjungan dari Kementrian Kesehatan kemarin, makanya aku menjadi sangat sibuk dan tidak sempat menulis surat untukmu.

Mas Djat yang penyabar,
kemarin aku bertemu dengan Mas Romy, rekanmu yang pernah kau kenalkan ke aku waktu kita dulu kencan  makan martabak sambil minum Es Cingcau. Dia ternyata membuka usaha produksi sepatu di Cimbeleuit dan sempat singgah sebentar di Sukabumi untuk menjenguk sepupunya yang sedang sakit. Dia cerita kepadaku dulu sebelum kamu ditugaskan ke Makassar, betapa kamu setiap hari menceritakan tentang aku, betapa kamu tidak bisa tidur kalau belum mencium sapu tangan dariku. FYI aja nih ya, Mas. Sapu tangan itu kalau tidak salah pernah dipakai adikku Mulyono untuk usap-usap hidung. Jadi, kalau kamu merasa harum saputanganku agak beda, kamu tahu penyebabnya.

Mas Romi juga menceritakan sedikit tentang usaha barunya, tapi dia lebih banyak menceritakan tentang kamu dan mimpi-mimpi yang pernah kamu ceritakan ke dia.. Ketika bercerita tentangmu, matanya berbinar, hidungnya kembang kempis, bibirnya merekah, pandangannya menerawang.. Aku berasa punya saingan. Rasanya aku mau guyur dia dengan segelas es cendol yang sedang kunikmati di siang yang terik itu.

Mas Djat-ku yang sama sekali tidak bejat,
aku sempat dibuat takut oleh kenyataan bahwa kita hanya bisa berkomunikasi lewat surat. Aku terus berpikir apakah kamu akan perlahan-lahan bosan oleh surat-suratku dan tulisan tanganku yang tidak lebih bagus daripada tulisan "Nasi goreng pedas, karetnya dua" di bungkus nasi goreng, atau dengan selera humorku yang tidak lebih tinggi dari akar eceng gondok, atau dengan rasa rinduku yang selalu menggebu hingga kalau diibaratkan oleh kasur yang berdebu, sekali gebuk bisa bikin batuk-batuk?
Aku takut..

Sayangku yang tidak pernah lupa mencuci sepatu,
semoga surat ini dapat membuat hatimu ramai, sama seperti empang Mang Encim yang tidak pernah sepi dari para pemancing eceran. Aku harap kamu selalu mengingat bahwa doaku takkan terlepas untukmu..

Salam hangat sekotak martabak,
Susi Marina Dewi






Dalam keadaan luar biasa rindu
 ----
P.S: Surat ini merupakan balasan dari surat ini