31 May 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #2 - Susi

Kepada yang terkasih, Mas Sersanku yang gagah, Djatmiko..

What's up, Mas? Jangan kaget kalau aku sedikit berbahasa Inggris, karena di sini ada tamu dari Pak Kades yang berasal dari Amerika. Orangnya seumuran kamu, tinggi, rambutnya warna cokelat, matanya warna biru, giginya warna kuning.. Tapi tetap setampan dan segagah apapun dia, tidak bisa mengalahkan pesonamu terhadapku.

Aku kadang berpikir, kamu di sana sendiri, apa bisa kamu merawat dirimu sendiri? Apa makanmu teratur? Apa kamu mencuci pakaianmu dengan bersih? Apa kamu menyetrikanya dengan rapih? Apa tidurmu cukup? Apa kesehatanmu terjaga? Apa kamu mengurangi konsumsimu akan kopi?
Di tengah seluruh pertanyaan ini, ada satu pertanyaan terbesar yang terus berputar di kepalaku, Mas..
Apa kamu tidak tergoda untuk mencari penggantiku?
Karena kita semua pun, maksud dari "kita" di sini adalah aku, kamu, dan rumput yang bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring irama kopi dangdut, tau kalau tidak mungkin lelaki sepertimu tidak menarik perhatian perempuan. Apa kamu tidak tergoda untuk menggantikanku dengan seseorang yang senantiasa akan lebih dekat denganmu, setia menemanimu dan rela berkorban lebih banyak daripada aku, untukmu?
Aduh mas, maaf aku lagi insekyur. Ini juga aku tidak tau bagaimana cara penulisannya. Cuma si bule cengengesan itu yang kasihtau aku kalau aku ini insekyur..

Kapan kamu akan dipindahkan ke Aceh? Itu tandanya cinta kita akan berjarak MAKIN ujung ke ujung? Lalu bagaimana jika suratku tidak sampai? Bagaimana jika Pak Pos-nya malas mencari alamat? Bagaimana jika suratku atau suratmu terjatuh di antara surat yang hendak dikirim? Bagaimana nanti kita bisa terus bertahan, Mas?

Aku tidak tahu apa yang membuatku insekyur seperti ini, tapi aku rasa, kamu bisa mengerti. Martabak manis mana martabak manis.


Peluk hangat namun insekyur untukmu,
Susi Marina Dewi






Dalam keadaan insekyur luar biasa
---
P.S: Surat ini merupakan balasan dari surat ini