01 July 2012

Senja di batas khatulistiwa #6 - Susi

Kepada Mas Djatmiko,

Semoga kamu masih baik-baik saja di sana. Aku berdoa dengan sepenuh hati di sini agar prajurit kebanggaanku tetap bertahan dan berjuang.
Aku sangat amat mengkhawatirkan keadaanmu, Mas. Ternyata warga sekitar sini ada yang suaminya meninggal terkena tembakan di kepala, dan dia satu daerah denganmu. Mendengar berita itu, hatiku mencelos. Aku tidak bisa lagi menahan tangis tiap malam jika mengingat betapa khawatirnya aku akan keselamatanmu. Tapi kemudian, aku serahkan semuanya kepada Tuhan. Aku sempat menceritakan tentang semua ini kepada Matthew, tamunya Pak Kades yang di surat lalu aku ceritakan. Kamu ingat? Dia masih tinggal di sini dan belajar bahasa Indonesia. Setelah aku menceriakan semuanya kepada Matthew, dia berkata, "If it's meant to be, it will be". Dia bilang, kalau Tuhan mengijinkan kita berdua untuk bersama, seperti apapun caranya, kita akan bersama. Dia juga bilang agar aku tidak kehilangan keyakinanku terhadap kamu. Terhadap diriku sendiri yang menyayangi kamu, terhadap kita.

Matthew juga bilang, kalau keadaan di tempatmu yang sangat kacau dan penuh perang itu juga merupakan kehendak Tuhan. Kalau Tuhan ingin kamu membuktikan bahwa kamu orang yang kuat, kalau kamu adalah orang yang bisa bertanggung jawab untuk berjuang. Mendengar Matthew berkata itu, aku lega luar biasa. Aku sudah tidak terlalu sering menangis. Mataku tidak sebesar bola sepak takraw lagi, tapi bola ping-pong. Walaupun kadang-kadang masih bengkak karena khawatir memikirkan keadaanmu, setidaknya kadarnya berkurang.

YA HABISNYA MAU GIMANA LAGI MAS AKU KANGEN KAMU, AKU KHAWATIR, AKU TIDAK INGIN SESUATU YANG BURUK TERJADI PADAMU!

Cukup dengan capslock-nya. Lanjut, Mas.
Minggu depan aku akan kembali ke Jakarta. Papi sakit dan meminta aku pulang. Mungkin ketika kamu membalas surat ini, aku sedang di Jakarta. Tapi aku sudah menitipkan kepada Ibu Nur sang kepala keperawatan di tempatku untuk menyimpankan surat darimu. Semoga ketika kamu membaca surat ini dan membalasnya untukku, keadaan sudah jauh lebih baik: Perang di tempatmu, dan keadaan papiku. Semoga ya, Mas..

Dengan doa yang tak henti-hentinya tertuju untukmu, aku menutup surat ini. Kamu dapat salam dari Matthew. Stay strong, stay cool, keep away from drugs katanya.

Peluk hangat dan wangi,
Susi Marina Dewi






---
P.S: Surat ini merupakan balasan dari surat ini