04 July 2010

Don't ask me what is this blogpost about

Saya ingin teriak, di depan danau dengan air yang tak beriak.
Air yang tak beriak pasti dalam, saya akan tenggelam.
Justru itu yang saya cari, saya ingin menenggelamkan diri.
Bukannya ingin sok labil, tapi memang keadaan saya sedang tidak stabil.
Tidak sampai bikin sinting, tapi cukup membuat saya terpelanting.

Saya cemas, ketika merasakan kamu meremas.
Ya tentu saja meremas hati, memangnya kamu pikir apa lagi?
Saya khawatir, ketika merasakan kamu memelintir.
Ya tentu saja memelintir kaki saya dari arah perjalanan, memangnya kamu pikir, saya bisa bertahan?
Saya menggeliat, ketika merasakan kamu menjilat.
Ya tentu saja menjilat sanubari saya, hingga meronta pun saya tak kuasa.

Kamu begitu dahsyat, saya tak kuat.
Juga begitu liar, hingga membuat saya menggelepar.
Sentuhanmu begitu lembut, saya tak bisa cemberut.
Imajinasi saya terbawa hingga ke atas sana, yaampun, kamu ini terbuat dari apa?

...
Sudah, sudah. Lama-lama saya bisa basah.
Tentu saja dengan air mata, karena kamu begitu menggoda, tapi saya tak cukup pandai meraihnya.
Lebih baik kita biarkan saja seperti ini, saya tak lagi ingin merasakan sakit hati dan hari yang sepi.
Setuju ya? Kamu tidak akan kewalahan, karena saya tidak mau repot meminta pertanggung jawaban.
Dan iya, itu yang kemarin kamu cubit adalah hidung saya. Bentuknya minimalis, saya tahu kamu disana akan menahan tawa hingga meringis. Tragis.

Sudah? Aman? Nah, begitu dong.. Ayok, kamu saya traktir naik odong-odong.

Nah, i'm only mumbling. Don't take it as a serious thing.