20 March 2014

A spineless rose


*ketok-ketok mic*
Ehm. Tes, tes. Tu wa ga pat. Halaw? Yak. Udah beres ini microphone-nya.
HALAW, PEMIRSAH!
Wah, sudah lama ya kita nggak ketemu, udah dua postingan! Sungguh luar biasa saya ini ya dua postingan sebelomnya pake bahasa Inggris. Kalian pasti kangen banget saya ngepost pake bahasa Indonesia, kan? Apa? Enggak? Hah, kalian bilang banyak yang lebih pintar dan bahasa Inggrisnya lebih bagus dari saya? Ya nggak apa-apa. Saya mah anaknya pede. Biar kata pas-pasan juga yang penting sombong.
*kibas rambut yang berkilau kece karena habis keramas*
Gimana weekend kalian kemaren? Mine was beautiful. Hari Minggu lalu, ketika saya lagi panas-panasan di depan gerobak es podeng deket rumah, saya nggak sengaja ketemu sama sahabat semasa kecil saya. Untuk menghargai privacy, mari kita panggil dia Mawar. Ya emang standard, sih. Tapi yaudahlah yang penting kan kualitas tulisan saya ini.
*kibas rambut untuk kedua kalinya*
*kecolok sendiri* 


Mawar adalah salah satu sahabat saya semasa kecil. Karena jarak rumah saya dan rumah neneknya berdekatan, kami dulu sering ketemu dan main-main bareng. Dari ngomongin orang sampe curhat-curhatan. Yaudah sih maapin aja namanya juga perempuan usia belasan (pada waktu itu). Saya dekat sama dia karena kami waktu itu senasib. Kami punya pacar yang usianya terpaut lumayan jauh dengan kami (saya dan pacar saya *waktu itu* beda 7 tahun, dia dan pacarnya 6 tahun). Yah, begitulah. As time goes by, intensitas pertemuan kami mulai berkurang dan jadi jauh berkurang karena kesibukan masing-masing. Saya kehilangan semua data contact-nya dia karena ada di HP saya yang hilang. Makanya kemaren saya girang setengah modar pas ketemu dia. KANGEN BANGET MAMAAAAK! Ternyata dia lagi main ke rumah neneknya dan setelah sesi cipika-cipiki heboh yang diliatin orang-orang, saya pun langsung mengajaknya ke rumah saya, ngobrol sekedar melepas rindu akan percakapan-percakapan kami di masa lalu :)
Kami goler-goleran di kamar saya. Mawar yang lebih tinggi dari saya (kakinya panjang beneur, Mak!) duduk melipat kakinya sambil mengikat rambut. Saya selalu iri sama perempuan cantik ini. Udahlah dia tinggi semampai gitu, rambutnya bagus pula. Hitam, panjang, halus, dan yang paling penting: nggak rontok. Apa-apaan bangeut si Mawar ini?! Tidak ada yang lebih bikin iri dari rambut yang lembut tapi kuat kan, girls? Ha! Now you agree with me! >:D

Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul, ternyata banyak cerita tentang satu sama lain yang kami lewatkan. Dia sedang menyusun skripsinya setelah sempat tertunda, pacarnya sudah bukan yang waktu itu dia ceritakan (walaupun tetap jauh lebih tua. Now you know older guys suit us well, people :p), ternyata kedua adiknya sudah beranjak dewasa, namun ketika saya tanya tentang kabar orang tuanya, sorot matanya mulai meredup dan sambil tersenyum dia menjawab, “Masih sama, Ta”.
Hati saya mencelos. Jika dia menjawab “Masih sama”, itu artinya, keadaan tidak berubah.
...
YAIYALAH ANITA KALO KEADAANNYA UDAH BERUBAH PASTI JAWABANNYA BUKAN “MASIH SAMA” ASTAGA INI PENULIS KOK LEVEL INTELEKTUALNYA RENDAH BANGET SIH!
*disambit sendal jepit stok warung tetangga sekalian sama warung-warungnya*
 Saya dan Mawar berasal dari dua keluarga yang keadaannya bertolak belakang. Dengan penuh rasa syukur, saya bisa bilang di sini kalau keadaan keluarga saya ‘adem’ kayak lagi tidur-tiduran di bawah pohon sambil disuapin anggur tapi nggak keselek bijinya. Sedangkan dia harus struggling dengan kondisi keluarganya yang seperti roller coaster. Papanya, walaupun tidak meninggalkan, namun sudah tidak terlalu memperjuangkan kebahagiaan keluarganya. However rich we are, we can’t have 2 home(s) at a time, no? Yes, people, Mawar, Ibu dan kedua adiknya sudah lama, lamaaaaaa sekali tidak menjadi prioritas ayahnya. Untuk menyokong kehidupan Mawar dan kedua adiknya yang saat itu masih kecil, Ibunya Mawar bekerja di sebuah perusahaan. “Walaupun nggak banyak, tapi cukup senggaknya buat makan sama sekolah”, itu kata-katanya yang selalu terngiang di kepala saya ketika kami membicarakan tentang pekerjaan Ibunya. Sebentar, sebentar. Tissue mana tissue.
*hapus airmata*
*hapus ingus sekalian*
*peperin ke pembaca sekalian*
*diamuk massa*

Sementara ibunya bekerja mencari nafkah, Mawar dengan tekun dan sabar menjaga kedua adik laki-lakinya dan mengerjakan pekerjaan rumah: ngepel, nyuci, nyetrika, termasuk masak. BOK, AH. INI SI MAWAR UDAHLAH ORANGNYA SABAR, TINGGI CAKEP RAMBUTNYA BAGUS , PINTER MASAK PULA. Saya  mau goreng French fries aja bikin dapur hampir kebakaran (“.__.)
Selain pintar mengerjakan pekerjaan rumah, Mawar juga pintar. Dengan kesabaran dan kelembutan hati yang sudah mengakar di dalam dirinya (saya aja sampe sekarang masih suka heran padahal sahabatan udah lama), dia juga anak yang pintar. Dia selalu membantu adik-adiknya mengerjakan PR ataupun membantu mereka belajar kalau ada ujian di sekolahnya. Saya pernah lagi main ke rumahnya sambil nemenin dia mengajarkan adik-adiknya yang lagi mengerjakan PR. Dengan sorot mata yang teduh dan suara yang halus, sahabat saya yang satu itu sangat tenang dan terkendali menghadapi adiknya yang udah cranky itu. Coba kalo saya yang ngajarin, mungkin saya dan adiknya Mawar udah cranky berjamaah :))  
Dulu, saya dan Mawar selalu berdoa bersama agar keadaan keluarganya mengarah ke keadaan yang lebih baik. “Tidak harus sempurna, yang penting Papi selalu dilindungi olehNya”, katanya begitu, yang  otomatis bikin saya menitikkan air mata. No wonder orang-orang bilang usia kami sama tapi kelihatannya beda. Iya, dia memang lebih lembut, sabar, dan dewasa daripada saya yang kalo pesen bakso lupa bilang “Nggak pake seledri aja” bawaannya mau nebalikin gerobak baksonya. 

Sekarang kami dipertemukan kembali and i understand that however time goes by and we grow older, but there’s one thing that stays the same: Her sincere heart. Itu yang membuat saya selalu bangga akan persahabatan kami. Jika ada yang bertanya kepada saya, “Menurut elo, apa hal yang paling lembut namun tidak rapuh dan kuat di dunia ini?” maka dengan senyuman bangga (yang saya yakini akan lebih terlihat seperti senyuman orang mabok asa[ obat nyamuk bakar) akan saya jawab, “Her heart” sambil menengok dramatis  dengan rambut yang sebelumnya sudah dikibaskan ke arah Mawar. Yes, having her in my life as a bestfriend is one thing that I’m grateful of :)

Have a nice day, people. Saya mau ngemil ketoprak pake telor ceplok duluuuu~