23 October 2011

Thoughts

Let me write something a bit serious here.
Saya tau apa yang (baru saja) terjadi.
Tentang seseorang pemilik blog sebelah, yang kalian, para strangers, admire setengah mati.
Yang ternyata tokoh fiksi?

:)

Saya bukannya membela,
saya bukan memihak.
Saya hanya akan menumpahkan pemikiran saya, mengenai hal ini.

Terlepas dari apa yang telah dia perbuat, seluruh kesalahannya yang membuat kalian, para strangers, begitu marah, dia tetap manusia, kan?
Iya, iya, dia salah. Dia telah berbohong tentang identitas, dia telah membuat kesalahan besar, dia telah meninggikan ekspektasi kalian, para pemuja sosok laki-laki sempurna yang bahkan tidak bisa kalian sentuh.
Kalian marah akan hal itu?
Sekali lagi, saya tekankan di sini saya tidak memihak.
Saya hanya mengenal dia lebih dekat daripada kalian para pemarah.

Saya bukannya tidak marah,
saya marah, saya bilang ke dia saya marah.
Saya bombardir dia dengan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantui saya.
Saya beberkan ke dia segala kemungkinan yang akan dia terima.
Saya bilang ke dia, apa-apa saja yang sudah dia sebabkan.
Kecewa? Jelas.
Saya ini manusia, bisa marah dan kecewa kalau dibohongi.

Tapi kalian juga punya basic thoughts, kalau dia itu juga manusia.
Dia salah, dia sudah minta maaf, minta ampun, malah.
Kesalahannya memang fatal, cuma coba dipikir lagi,
who the hell are we to judge?
Saya perhatikan,
dari seluruh comment yang masuk ke postingannya yang terbaru,
most of them, yang merasa sangat marah,
sampe ngatain "anjing",
adalah strangers.
Bahkan sebagian pengecut yang hanya menyertakan identitas anonimus.
Mereka yang selama ini hanya ber-ekspektasi,
tentang sosok laki-laki dambaan.

Lagipula,
untuk apa sih ekspresi semarah itu?
Kalian merasa dibohongi?
Merasa dirugikan?
Bagian mananya yang dirugikan, kalau boleh saya tau?
Karena kalian udah capek-capek selama ini membayangkan hidup orang lain yang (menurut kalian) sempurna?
Emangnya kalian nggak punya kehidupan?
Kasian.
:)

Terserah kalian mau menganggap postingan ini seperti apa,
yang jelas, saya di sini hanya menulis apa yang ada di pikiran saya.
Sudut pandang saya,
tentang dia.
Karena bagaimanapun, dia juga manusia biasa.
Orang yang sudah sangat baik kepada saya.
Orang yang banyak berperan besar dalam hidup saya.
Juga, memberi banyak hal untuk dipelajari bagi saya.

Untukmu, Uwn.
Jangan jauh-jauh.
Aku di sini.
Ya?
:)

Good night, universe..

11 October 2011

Mbak Miss Madam Anita

Oke.
*keretekin jari*
Jadi ceritanya, saya baru pulang dari hari kelima saya di kantor baru. Hari ini sungguhlah hectic. Saya di kantor dari setengah 8 pagi, dan baru pulang kantor setengah 9 malam. Non-stop. Udah lama juga nggak kayak gini. Capek, tapi kangen. Ternyata selain kehadiranmu, lembur juga bikin kangen..
*peras keringat*
*kepret ke para pembaca*
*dikeroyok*

Emang sebenernya, saya ngapain aja sih hari ini? Ada yang mau tau, nggak? Ada yang kepingin banget tau? Ada yang diem-diem kepo cari informasi tentang apa saja yang saya lakukan? Nggak usah sedih, ketik REG sepasi ANITANGAPAINAJA, kirim ke 9288. SMS yang kamu terima, langsung dari henpon saya!
*disantet para pembaca*

Nggak, jadi gini ceritanya.
Kantor baru saya ini, bergerak di bidang recruitment untuk pelayaran. Nah, hari ini itu kebetulan ada interview massal untuk para (calon) crew yang mau kerja mecari sesuap nasi segenggam berlian segepok dollar dan sekepret air laut di shipping company yang bekerja sama dengan kami. Maka tadi itu kantor saya dipenuhi oleh para calon pelaut yang....banyak tanya dan kekeuh.

Saya sempat menangani di front office, tempat para (calon) crew mengisi formulir informasi DAN mendapatkan informasi sekitaran formulir itu. Nah. Kusut kan? Mari saya bawa kalian ke dalam kekusutan. Iyalah, saya nggak mau kusut sendirian. Ini semua yang lagi mantengin tilcik harus ikut setia kawan!!
*langsung pada pergi*
Eh, pada mau kemana? Sinih!
*tarikin satu-satu pake jaring buat tambak udang biar pada balik baca lagi*

Contoh kejadiannya.
Saya: Nama kamu siapa?
Dia: A, Mbak.
Saya: Iya, kenapa?
Dia: Ini, Mbak. Mau kasih formulir bla bla bla
Saya: Ini udah bener semua informasinya?
Dia: Nggg....*diem 5 detik* udah, Mbak. Cuma tadi ada yang salah bla bla bla..
Saya: Loh, terus kok dikasih ke saya? Benerin dulu, kan? Mau ganti formulir?
Dia: Nggg.... *diem 5 detik* Iya, Mba. Eh, enggak, itu udah lengkap.
Saya: Jadi ini mau dikumpulin ke saya?
Dia: Iya, Mbak. Tapi tadi ada yang salah, bla bla bla...
Saya: .....kan tadi saya tanya, ngapain dikasih ke saya?
Dia: Itu, mau dikumpulin, Mbak.
Saya: Katanya ada yang salah? Benerin dulu dong..
Dia: Udah, Mbak.
Saya: .....
Dia: .....
Saya: *tarik nafas* Jadi, formulir ini udah bener, dan kamu mau kumpulin ke saya, atau kamu mau minta formulir baru terus dibenerin?
Dia: Ada yang salah, Mbak. Tadi kata Pak *dese nyebutin nama Mr. Boss* ini salah..
Saya: Oh, mau kamu benerin dulu? Bilang dooong.
Dia: Enggak, Mbak. Udah bener.
Saya: JADI INI SAYA KUDU GIMANA NGADEPIN KAMU YA TUHAAAAAN!

Udah. Kejadian bikin emose nomor 1 baru saja kalian baca. Buat yang ikutan emose, selamat.

Lanjut.
Kali ini dengan orang yang berbeda.

Dia: Miss Anita, beauty.
Saya: ......
Dia: Miss, where is.......
Saya: What? What are you trying to find?
Dia: ummm.....
Saya: Hmmm?
Dia: Steples.
Saya: I don't have it. I gave it to someone and he's outside. Find it there.
Dia: Steples, Miss..
Saya: Told you, it's outside. I even don't hand any.
Dia: Ok. *pergi keluar*
*CATATAN PENULIS: Dia ini kecil, mungil, berkulit hitam, ORANG ENDONESA ASELI, dan....keras kepala*
Dia: Miss Anita, beauty..
Saya: .....
Dia: Staples, Miss.
Saya: HOW MANY TIMES SHOULD I TELL YOU THAT I. GAVE. IT. TO. SOMEONE. OUTSIDE!! THERE MUST BE SOMEONE HAVING IT IN HIS HAND! *mulai seteres*
Dia: Ok, Miss. Don't angry to me. Your beauty is gone if you're angry.
Saya: I'm not angry to you, i just wanna see you go away outta my face.
Dia: *pergi keluar dengan cengar cengir*
*5 menit kemudian*
Dia: Miss Anita, beauty..
Saya: WHAT. ELSE?
Dia: *cengar cengir nunjukkin yang selama ini dia bilang 'steples'*
Saya: Congratulation. Close the door, please.

Sudah selesai baca paragraf di atas? Kesel? Jangan takut jangan kuwatir, cerita barusan cuman segelintir. ADA LAGIH!

Ada 2 orang dateng ke saya, petantang petenteng bawa-bawa formulir.
Orang 1: Mbak Anita.
Saya: Ya?
Orang 1: Ini, Mbak. Minta formulir.
Saya: Kenapa formulirnya? Salah?
Orang 2: Iya, Mbak. Tadi ada yang salah terus mau diganti.
Saya: Disuruh siapa?
Orang 1: Ngg...Anu, bapak yang tadi, Mbak.
Saya: Ya bapak siapa namanya?
Orang 1: *nanya ke temennya* Siapa sih, tadi?
Orang 2: *garuk-garuk kepala* Nggak tau, lupa.
Saya: Sebelum kamu kasih tau disuruh siapa, saya nggak mau kasih.
Orang 1: Ngg..itu, Mbak, bapak itu..
Orang 2: Itu Mbak, yang botak..
Saya: ITU BIG BOSS KITA DAN KAMU MAIN PANGGIL SEENAKNYA GITU?! KAMU GAK LULUS INTERVIEW!!
Orang 1 & 2: *kabur*
Saya: *tenggak air putih segalon, setres*

Udah? Capek nggak bacanya? Satu lagi ceritanya, ya. Saya janji. Soalnya saya juga udah capek ini ceritanya.

Dateng 2 orang yang berbeda lagi ke saya.
Orang 1: Mbak Annisa.
Saya: Anita.
Orang 1: Iya maaf Mbak. Saya diminta ganti formulir, yang ini salah.
Orang 2: Saya juga, Mbak.
Saya: Siapa yang minta?
Orang 1: Saya.
Saya: ....maksud saya, siapa yang nyuruh?
Orang 1: Pak itu Mbak, yang tadi interview saya.
Saya: Saya nggak tahu siapa yang interview kamu.
Orang 2: Pak W....W.....*ngomong ke temennya* siapa tadi, Ya?
Orang 1: Pak Water, Mbak.
Saya: ......*tarik napas, sebut nama Tuhan 3 kali*
Orang 2: Bukan! *dengan penuh percaya diri*
Saya: Pak siapa?
Orang 2: *dengan penuh keyakinan* PAK WORTEL, MBAK!
Saya: TADI KAMU SEBUT AIR, SEKARANG KAMU SEBUT WORTEL? CARI NAMANYA YANG BENER!
Orang 1 & 2: *berantem antara Water sama Wortel*
Padahal yang bener itu Pak Walter, para pembaca yang budiman dan budiwati.
*ngurut dada*
*dada Ade Rai*
*sekalian motong bawang bombay di dada Ade Rai*

Oh iya, ada 1 cerita lagi pas saya ikut Pak Walter interview para calon pelaut itu.
Pak Walter: So you have to change this and that in the form bla bla bla...
Saya: *manggut-manggut*
Pak Walter: Now you all may leave.
Para Calon: *menyalami kami satu-satu* Thank you, Sir. Thank you, Madam.
Saya: *nyengir getir*

SEUMUR IDUP BARU SEKALI SAYA DIPANGGIL MADAM! LUKATE GUE TUKANG RAMAL?!
*bakar semua form application-nya*
*bakar diri sekalian*

Nah, jadi begitulah hari saya hari ini. Bikin emose, tapi bikin nyengir jugak. Mereka bukannya sengaja, tapi karena mereka grogi jadinya kalo dijelasin nggak nalar dan malah jadi lebih keras kepala daripada kita yang ngejelasin. Ujung-ujungnya, ya kami semua garuk-garuk kepala. Tadi saya cerita-cerita sama partner saya dan dia juga cerita pengalaman lucunya hari ini. Jadilah kami cekikikan berdua sambil nepokin betis yang digigitin nyamuk yang saya rasa impor dari hutan Amazon. Gedong-gedong amet, Mak!
*olesin minyak tawon*
*sama tawon-tawonnya sekalian*

Udah segitu dulu ceritanya, tuwips. Sekarang saya udah kelar mandi, mau tidur-tidur unyu sambil gelesar gelesor di kasur ke kanan, ke kiri, Ke depan. Ke belakang. Atas, bawah. Sikap lilin, roll depan, roll belakang. Iya, saya emang pernah punya obsesi jadi atlet senam.
*keretekin pinggang*
*tarik selimut*
Good night, good readers. See you at the next post.
*ciyumin satu-satu*
:)

04 October 2011

Resign

Jadi, sebenarnya hari ini hari terakhir saya bekerja di kantor yang sekarang.
Tadi juga ke kantor cuma setengah hari, terus pulang karena emang nggak ada orang di kantor. Pada pergi semua, yang stay cuma dua orang. akhirnya tadi saya cuma pamit langsung sama dua orang co-workers saya, pamitan sama PakBos-nya lewat SMS aja.
*karyawan durhaka*

Kalo ada yang nanya, kenapa saya resign dari kantor yang sekarang?
Kenapa eh kenapa?
karena eh karena,
saya dapat pekerjaan baru
:D

Bukan saya nggak betah kerja di kantor sebelumnya, saya betah, BANGET, malah. Iyalah, kantor mana lagi yang bisa sesantai itu? Nggak ada jam kerja, dateng kapan aja pulang kapan aja yang penting deadline kekejar dan pekerjaan selesai dengan baik dan benar. orang-orangnya menyenangkan semua, santai juga, dan banyak membantu saya. But I can't lie anymore to myself that I need more challenges. Kebetulan kemarin saya menjalani 2 interview di 2 hari yang berbeda, 2 perusahaan yang berbeda, 2 gedung yang berbeda, tapi seberang-seberangan. Muahahaha. Sempet bengong juga pas tau kalo dua gedung itu berseberangan. Berasa kayak lagi syuting film yang judulnya "Jangan ada jembatan penyeberangan di antara kita"..
*dijorokin dari atas jembatan penyeberangan*

Di hari pertama saya interview di kantor pertama, ceritanya mulus. Dijelaskan tentang perusahaan, jobdesc, jam kerja, sampai nego gaji, semuanya berjalan lancar.
Saya pulang dengan cengiran lebar.
Hari kedua, di perusahaan yang berbeda, saya nyengir liat interiornya sama bule lalu-lalang. Maklum, sini udiknya luar binasa, gak bisa liat bule kinclong dikit, langsung mengotori lobby gedung dengan iler yang tak terkendali.
*ngepel*
tapi saya kelamaan nunggu, banyak prosesnya, interview gak sampe 5 menit, dan diakhiri dengan, "Yak, Anita. Kami akan beri kabar minggu depan, tapi kalau kamu tidak mendapat kabar dari kami, artinya kamu belum bisa bergabung dengan kami.."
yang saya jawab (dalam hati) dengan, "I don't care. Sisir dulu tuh poni, banyak spasinya"
*disambit sisir*

Sementara nungguin hasil interview, saya mengisi waktu dengan.....belajar menari salsa. Nggak deng. Saya tetap stay di kantor tempat saya mengabdi sebagai freelance gadungan teladan. Tapi saya udah bilang sebelumnya kalo saya mau resign bulan ini. Deg-degan jugak, sih. Kalo gak dapet kerjaan bulan ini, mau cari duit lewat mana? Ngorek-ngorek tong sampah pejabat, siapa tau ada berlian lecet dikit yang dibuang, gitu?
Nggak mungkin. Nemu dua ribuan di jalan yang samping-sampingan sama eek kucing aja udah cukup beruntung.
Akhirnya dengan deg-degan, saya menghadapi "minggu depan" yang ditunggu-tunggu.
Kantor tempat saya pertama kali interview nelfon hari Sabtunya. Ngasih kabar kalo saya harus menjalani psikotes dan medical check up hari Senin dan Selasa. I was like, "Okay, let's see.." karena "Senin" dan "Pagi" adalah dua kata yang kalau digabungkan, akan menjadi musuh besar saya. Apalagi ada kata "Psikotes" yang dibawa-bawa sebagai pihak ketiga *halah* dalam kesempatan kali ini.
Dan akhirnya, pada hari senin yang ditunggu-tunggu, saya memutuskan untuk........nggak ikut tes.
Ngahahahahahahaha.
*disambit batu bara*
*satu truk*
*sama pacul-paculnya sekalian*
TUNGGU DULU KENAPA SIK? SAYA JUGA PUNYA PENJELASAN!!
*hapus cemongan batu bara*
*bedakan*

Jadi gini.
Saya nggak ikut tes bukannya males atau apa. Well oke, emang ada unsur malesnya, sih, well iya, MALES BANGET, tapi saya udah omongin sama orang tua tentang kesempatan kali ini, saya jelasin tentang kekurangan dan kelebihannya yang notabene banyak kekurangannya. Jadinya orang tua saya manggut-manggut aja ketika tau saya nggak mau nerusin kesempatan kali ini.
*sisir poni*
Jadilah saya berakhir dengan bobok-bobok cantik di rumah sampe jam 10-an, sampe akhirnya......
Ada telpon ke rumah.
Jediar.
Saya pikir itu mbak-mbak dari tempat psikotes-nya, tapi ternyata............saya salah.
Dengan suara mirip Bunda Dorce karena baru bangun tidur, BANGET, saya terima telfon.
Kalimat pertama, dua kalimat pertama, saya masih manggut-manggut sambil ber-"Hmmmm... Hmmmm" ria, sampai pada akhirnya....
"Nah, ngomongin salary nih, Anita"
Mata saya langsung terbuka lebar, para penonton sekalian! Muahahahahaha.
*disambit recehan*
in short, ternyata itu panggilan interview.
DAN LETAKNYA DEKET DARI RUMAH SAYA! Ngahahahahahahaha.
*ngesot ke tempat interview*

Intinya, jam 10 terima telepon, langsung gedebag gedebug mandi, siap-siap, jam setengah 11 berangkat, jam 11 sudah duduk manis nungguin  yang mau interview saya. Nggak nunggu lama, saya sudah ada di hadapan orang yang sempet saya panggil "Mas" padahal harus saya panggil "Pak". Tengsin setengah modiar, tapi abis itu...
"Jadi, kapan kamu mau mulai kerja?"
Saya nyengir.
"Minggu depan, Pak? Saya harus urus pekerjaan yang sekarang dulu, kan."
Dese mikir.
"Kelamaan. Rabu? Toh kamu freelance juga di sana, pasti cepet lah"
Prinsip saya, JANGAN PERNAH TAWAR KESEMPATAN.
And I nodded, with all the deals we've made.

Selesai interview, saya langsung ke kantor (sebelumnya) tempat saya kerja dengan segenap jiwa dan raga sebagai freelancer berbakti. Spread the good news, sekalian nanya apa ada kerjaan yang belom selesai.
Ternyata ada.
Saya langsung nyesel udah nanya.
*dipotong gaji*
Selesai kerjaan, ngobrol lebih banyak sama orang kantor, and feel like...I'm gonna miss that place, so much.
Haha-hihi sebentar, lalu saya pulang.
Dan pagi tadi, saya sengaja pagi-pagi ke kantor. I won't waste my time on my last day. Saya juga sekalian bawa temen saya yang bisa gantiin kerja saya di kantor itu. Mereka interview, saya.......ngeringin rambut, seperti biasa.
*dikeramasin pake shampoo buat orang utan*
Lalu selesai semua urusan, saya pulang.
Pamit dengan sopan dan penuh rasa haru.

And I feel like I missed that place already.

That place is beyond lovely. Saya suka banget kerja di situ. Suasananya sangat homey, co-workers yang ramah dan banyak membantu, makanannya yang enak (Mas Ohan juara masaknya! :D), kebebasan dan fasilitas yang saya dapet, EVERYTHING from that place, membuat saya (rada) nggak rela ninggalin tempat itu.
But then again, I have to do this.
Saya nggak mau terus ada di comfort zone.

Jadi, dengan diiringi doa dan restu dari berbagai pihak (halah, emangnya mau bikin pelaminan?), besok adalah hari pertama saya di tempat baru. Semoga saya bisa beradaptasi dengan cepat dan mengerjakan segala pekerjaan dengan baik dan benar, dan terhindar dari perasaan nestapa karena kelaparan di tengah jam kerja.
Amin, saudara?
*minum air putih*
Udah.
Sekarang saya mau tidur.
I don't wanna be late on my first day.

Wish me luck, good people.
Good night.
:)