30 May 2013

Sunsilk Event: Hari Kemilau Indonesia. *kibas rambut*

Ehalo halooooooooooooooh~
*kibas-kibas rambut*
Gimana semua kabarnya? Ada  yang baru pulang kantor? Atau masih di kantor, atau membaca postingan ini dalam keadaan di jalan pulang? Dimanapun kalian berada dan dalam keadaan apapun kalian, saya doakan semoga kita semua dalam keadaan sejahtera! Apa? Kamu yang di pojokan kubikel paling kanan belom gajian? Ya itu sih saya gak bisa nolong. Bukan karena saya belom gajian juga KAYAK KAMU *disambit mouse* *Mickey Mouse* tapi karena uang gaji saya sudah habis.
*menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi*
*kibas rambut*

Kalian bingung ya kenapa saya dari awal udah kibas-kibas rambut? Sebenernya saya mau kibas bulu mata, tapi bulu mata saya anti nyamuk bukan anti badai jadinya gak bisa dikibas. Mau kibas bulu hidung, begimana mau punya bulu hidung yang menjuntai kalo ukuran hidung aja minimalis begini (MINIMALIS, YA. BUKAN PESEK!), apalagi kibas pedang, bisa dikira mau tawuran saya entar dipanggil guru BP *setrika seragam putih abu-abu*. Jadi, ada baiknya saya mengibas yang normal-normal saja di sini, yaitu rambut hitam saya yang berkilau..
*terdengar deru ombak dari kejauhan*
Alasan saya daritadi ngibas rambut gak keru-keruan adalah karena saya siang tadi menghadiri acara ini:

JENG JENG! Yak! Hari Kemilau Indonesia!
*terdengar tepuk tangan riuh rendah*

26 May 2013

My boys. My pride. My everything.

Dua hari yang lalu, Kadek kembali terbang menuju ranah Paman Sam untuk menjalankan kontrak kerja keduanya di sana. "Another 10 months", I say. "No, only 7 months", he says. Pas ditanya kenapa, dia bilang dia mau nikah. Pas ditanya nikah sama siapa, dia jawab gak tau. "Bilang aja mau nikah biar pulangnya lebih cepet.
Anak nakal.

Saya sudah pernah bercerita di sini, hubungan kami pasca putus tidak merenggang. We're still friends. Kemarin saya sempat ke Bali untuk menjadi salah satu pembicara di komunitas Akademi Berbagi Bali, dan kami -- Kadek dan saya, bertemu di kantor tempat saya bekerja sebelumnya.  Kami ngobrol ngalor ngidul, dia menggelap. 10 bulan berada di kawasan Amerika Latin yang panasnya macam api cemburu perempuan insekyur yang lagi PMS membuat kulit putihnya menjadi kecokelatan. Cokelat tua, lebih tepatnya.Bercerita bagaimana pekerjaan kami masing-masing berjalan, how's life treating us currently, dan hal-hal mendasar lainnya. Saya senang. Senang sekali melihat dia dengan keadaan yang lebih baik. Menyadari kami sudah berdamai dengan diri sendiri hingga mampu duduk berhadapan dan berbincang..

Mengingat-ingat hal ini, saya jadi mellow. Memori membawa saya ke 1 tahun sekian bulan yang lalu, ketika dia dan beberapa temannya datang pertama kali ke Jakarta untuk training di tempat saya bekerja. Saya dan 2 orang teman bekerja dalam 1 tim pengurus training; Ivana sebagai pengurus administrasi, Irham sebagai operasional, dan Anita (baca: saya) sebagai..........guru gadungan. Kehadiran saya di tim itu memang nggak penting, di mana kehadiran saya setiap hari di satu dari tiga sesi kelas hanyalah untuk memantau perkembangan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Kadang saya masuk kelas hanya untuk ngobrol-ngobrol santai dalam bahasa Inggris sama mereka, kadang saya bawa Beng-Beng sekotak sebagai hadiah bagi yang menjawab pertanyaan kuis kecil-kecilan saya yang cetek, kadang saya masuk kelas untuk mengajak mereka ke kantin dan ngobrol sambil merokok tentang mimpi dan harapan apa yang ada di dalam kepala mereka. Sekedar untuk mendengarkan, dan seerat itu hubungan kami -- saya dan teman-teman peserta training.

Dua bulan mereka di Jakarta, kami punya banyak sekali moment. Saya selalu sengaja men-skip sarapan di rumah dan lebih memilih sarapan di kantor bersama mereka dan ngobrol-ngobrol ringan juga mendengarkan mereka ngobrol dengan bahasa daerah masing-masing (waktu itu mayoritas kelas terdapat dari Madura dan Bali) lucu sekali mendengar dua bahasa berbeda saling bertabrakan dalam satu kesempatan. Kalau saya sudah merasa "cukup", saya akan selalu memotong pembicaraan mereka dengan satu potong kata sebagai mantra:
"Roaming".
Dan kemudian kami akan mengobrol dengan bahasa Indonesia.

17 May 2013

Kelas #14 Akber Bali: Sastra Digital

EHAAAAAAAAAAAI!

Udah lumayan lama juga sejak postingan terakhir di rumah kesayangan saya si tilcik ini.
*nyapu-nyapu debu*
Jadi begini. Mari silakan duduk silakan. Kebetulan saya baru beli sofa dari Eropa. Apa? Gak ada sofanya? Ya kan saya bilang baru beli, bukan baru nyampe sofanya. Jadi, duduk lesehan aja dulu, itu karpet saya dibuat dari jenggot unta. Membuat yang duduk di atasnya seperti berada di padang pasir.
*disambit kaktus*

Kali ini, saya mau ngeblog yang agak serius. Apa? Serius udah bubar karena Candil sudah keluar? Aduh. Kalian jangan jayus, karena hanya Renny yang boleh jayus.
*ITU JAYUSMAN, BENCONG*
Kalo kalian kira-kira mengira-ngira sambil deg-degan postingan berkualitas apa yang akan saya tulis kali ini, maka jawabannya, adalaaaaaaaah~

TA-DAAAAAAAA!!

Yes, people. I'm gonna be at Akber Bali's next event, talking about Sastra Digital with Putu Aditya Nugraha, known as @Commaditya!
*joged*
*disawer*

Kalo ada yang tanya, apa sih Sastra Digital itu? AH DI ERA DIGITAL YANG HEBAT NAN MEMBAHANA INI MASA SIH GAK TAU SASTRA DIGITAL MASA SIIIIHHH??!!
Sama dong. Saya juga..
*dikeroyok*

INI BEGIMANA SIK PEMBICARA GAK TAU MODELAN BAHANNYA KAYAK BEGIMANA? 
Oh tentu saja saya berdusta, para pembaca yang budiman dan budiwati. Setelah semedi di Gunung Kilimanjaro namun hanya tahan beberapa menit karena saya takut mendadak muncul kuntilanak di depan muka, maka saya sudah menyiapkan bahan perbincangan secara matang. Jadi singkatnya sih, Sastra Digital itu merupakan bentuk sastra yang ditumpahkan ke dalam media Digital. Udah itu doang. HAHAHAHAHAHA.
*dikeroyokin untuk kedua kalinya*
Nggak, deng. Itu cuman buat kitik-kitik rasa penasaran aja supaya kalian pada dateng ke acaranya Akber Bali ini. Untuk lebih lengkapnya saya sama Adit akan ngubek-ngubek (bahasa apa itu 'ngubek-ngubek', Anita?) tentang Sastra Digital ini. Nah kalo saya akan membahas dalam bentuk umum, maka Adit akan membahas dalam bentuk yang lebih puitis. He euh, dese akan ngomongin tentang bentuk Sastra Digital yang dicurahkan dalam........puisi! Jadi, kalo kalian berencana mau dateng, saya saranin sih kalian bawa tissue gulung yang kalo segulungnya itu seukuran ban kontainer karena curiganya Adit bakal berpuisi dan pastinya untuk orang-orang yang baru putus cinta macam saya akan membutuhkan persediaan tissue untuk menghapus air mata yang mengalir dengan dramatisnya di pipi. 
*Pre-Order magic tissue*

Emang kapan sih acaranya? LOH SAYA BELOM BILANG YA DARITADI KAPAN ACARANYA? JANGAN-JANGAN KALIAN NIII YANG GAK NYIMAAAAK~
*dilempar botol saos tomat*
*masak spaghetti*
Acara ini akan diselenggarakan pada hari Minggu, tanggal 19 Mei 2013 jam 1 siang di Kopi Kultur di Kuta, Bali. YAIYALAH DI BALI, KALO DI OKLAHOMA YANG NYELENGGARAIN MAH AKBER OKLAHOMA, BUKAN AKBER BALI DONG ANITAAAAA~
*ngomelin diri sendiri, gak berani ngomelin pembaca*

Jadi, kalo kalian tinggal di Bali atau lagi ada di Bali, you can come come baby come ke Kopi Kultur at 1 pm. Kita ngobrol-ngobrol santai sambil berbagi bareng sama Akademi Berbagi Bali! Yihaaaa!
*pergi menjauh naik kuda sambil puter-puter laso*
*tali laso, bukan Ari laso*

06 May 2013

ReviewnyahToskah: Looper. FOKUS, ANITA! FOKUS!

HALAW!
:D :D :D

Setelah lumayan lama rehat karena jadwal saya yang padat nan sibuk nan hectic nang ning nung ning nang ning nung, akhirnya saya memutuskan untuk kembali mengikat kepala dan menyeduh kopi gratisan nan rupawan dari @kopidimana (seriously, they roast the coffee by themselves! Highly recommended!), dan kembali ke dalam kancah per-review-an! Ihiy!
*seruput kopi*
Maka kali ini, film yang kurang beruntung mendapat review dari saya adalah.........
*drum rolls*
JENG JENG!!

pic source
LOOPER! 
Hayok pemirsah mana keprok tangannyaaaah?
*hening*

Baiklah. Mari kita mulai. Bismillah..

Adegan film ini dibuka dengan Kakang Joseph yang berperan sebagai........Joe (iya, saya juga mikir kalo si script writernya gak kreatip nyiptain nama. Sukur-sukur dia gak dikasih nama Gogon yang diambil dari Gordon-Levitt, atau mungkin.......Vivitt. FOKUS ANITA! FOKUS!! *tampar diri sendiri*) lagi duduk-duduk di ladang tebu sambil ngeliatin jam maghrib-maghrib. Saya pikir dia lagi nungguin wewe gombel apa gimana, tau-taunya mendadak muncul orang yang kepalanya ditutup tangannya diiket ke belakang. Terus si Kang Joe ini ngokang senapannya dan.......DOR! Diana metong. 
...
Saya gak ngerti. Wajar. Otak saya cetek.
Film terus berjalan, terdapat penjelasan tentang cerita dari film ini. Diceritakan bahwa orang yang mendadak muncul kayak Om Jin di sinetron Jin dan Jun kala Syahrul Gunawan masih sangat tampan dan hits dengan rambut belah tengahnya, merupakan orang dari masa depan yang dikirim dengan metode Time Travel. Nah, orang-orang yang dikirim dengan metode ini adalah orang yang dianggap 'sampah' dan karena di masa depan (ceritanya di sini 30 tahun kemudian) membuang dead body alias jenazah a.k.a mayit adalah hal yang hampir mustahil, jadi dikirimlah orang ini melalui Time Travel yang sebelumnya ditutup mukenye terus diiket tangannya. Kenapa pake segala digituin? Ya supaya durasinya kepake, kali. Kan butuh waktu tuh buat milih-milihin kain buat nutupin kepalanya, terus milih-milih simpul buat ngiket tangannya. Belom kalo si penjahat lupa jenis dan macam simpul yang akan digunakan, terus liat panduannya di buku pramuka..
FOKUS ANITA, FOKUS!!
*tampar diri sendiri*