17 April 2016

LOL: Laugh Of Life.

Ehai! Di hari Minggu yang ntar hujan ntar nggak ini, bagaimana keadaan kalian? Saya lumayan ngantuk pas nulis blogpost ini karena tadi pagi bangun jam 7 untuk bantu Mama saya nyiapin buat arisan di rumah, terus siang tidur, bangun tidur makan, bantuin Mama beresin selesai arisan, terus ke Bekasi sama adik dan sepupu saya untuk makan......chicken wings.
Sekarang saya udah pulang, terus...........flu. Ini daritadi udah srat srot srat srot aja hidung saya.
Dibawa ke Bekasi bentar aja raga ini udah flu. Dasar kamu penduduk Bekasi KW, Anitah.
*digebuki*

Kembali pada tag '9 PM' pada kali ini, sebenarnya saya dan partner menulis saya hampir tidak punya tema tulisan untuk minggu ini. Tapi akhirnya muncullah sebuah tema, topik, dan spirit menulis untuk tulisa kali ini karena saya sayang sama kalian para tilcikers dan tilcikerswati yang hari Minggunya akan terasa sepi tanpa membaca tulisan saya.
*dimuntahi*

Maka dengan pemikiran yang seksama dan matang, kami pun memutuskan untuk menulis tentang....
Menertawakan diri sendiri.
*tertawa getir, mengingat banyak sekali kekurangan dalam diri saya yang patut ditertawakan*
Dan tema, topik dan spirit pada tulisan kali ini pun cocok sekali rasanya. Dari beberapa tulisan yang kami setujui untuk dituliskan, topiknya hanya seputar hal yang bagus-bagus aja dan agak serius (review Batman V Superman minggu lalu nggak usah dihitung, saya menuliskannya dengan sampah sementara dia menuliskannya dengan baik, as usual), ada baiknya kali ini kita sedikit melihat sekilas apa yang ada di dalam raga ini yang patut untuk ditertawakan. Dan saya memilih untuk menulis keburukan-keburukan yang ada di dalam diri saya yang bisa kalian tertawakan. Baik kan saya, hari Minggu begini kalian lagi galau mau menghadapi Senin saya kasih bacaan yang membuktikan bahwa ada yang hidupnya lebih menyedihkan dari hidup kalian? IYA HIDUP SAYA. PUAS??
*nangis di bawah kalender yang disobek harian*

Yang namanya hidup pasti ada aja naik-turunnya. Ntar good mood ntar nangis karena cranky karena lapar kayak saya, nanti jatuh cinta tapi tak lama patah hati, atau di hari yang sama, paginya segar bugar lalu sorenya dibawa ke Bekasi dikit pulang-pulang sampe Rawamangun hidung udah kayak air terjun Niagara produksi ingus.
*digebuki warga Bekasi*
Termasuk hidup saya. Saya sangat mensyukuri hidup saya yang seperti roller coaster ini. Walaupun sekarang-sekarang ini adalah masa paling netral dan tenang selama saya hidup hampir 26 tahun yang tanpa prestasi, tapi saya pernah (dan saya yakin akan terus) mengalami naik-turunnya dalam menjalani kehidupan. Kali ini, saya akan menuliskan 3 (tiga) kekurangan saya yang banyak menyebabkan kejadian bodoh terjadi dalam hidup saya, yang tentu saja menyebabkan kegagalan dalam hal yang saya lakukan.

1. Pelupa.
Saya itu orangnya pelupa. Lupa nama hari, nama orang (bahkan yang sudah beberapa kali saya temui), lupa arah (oh saya berencana mau bikin bubur merah putih dan daftar ke kelurahan untuk merubah nama saya, dari Anita Prabowo jadi Anita Nyasar Prabowo) bahkan saya bisa lupa apa yang mau saya lakukan dalam 5 menit. Dalam track record ke-pelupa-an saya ini, saya seringkali bikin orang-orang terdekat saya geleng-geleng kepala. Bahkan ada yang sempet nyinyir,"Pelupa begini kok jadi sekretaris". OH JANGAN SALAH I'LL DIE TO REMEMBER EVERY DETAIL ON MY JOB. Makanya kalender dan reminder di HP saya penuh sama hal-hal bahkan hal kecil yang perlu saya ingat yang bersangkutan dengan pekerjaan saya: jadwal bos saya, jadwal apa yang harus saya ingatkan ke bos saya, jadwal apa yang harus saya tanyakan ke bos saya, dll. Makanya saya terlihat agak lebih tua sekarang, karena otak saya kayaknya overused hahahaha.
*telen minyak ikan sama ikan-ikannya*
Kejadian bodoh yang berhubungan dengan otak pelupa saya ini? Mostly nyasar, karena saya anaknya lupa arah. Dari rumah ke kantor sempat nyasar (karena saya baru beberapa bulan kerja di kantor ini), saya bahkan sempat nyasar dari rumah teman saya ke arah rumah saya sendiri yang jaraknya nggak lebih dari 15 menit naik ojek, setelah saya cerita ke teman saya, saya habis ditertawakan. YA GIMANA NGGAK DIKETAWAIN SAYA TEMENAN SAMA DIA SUDAH TAHUNAN JALAN PULANG MASIH NYASAR JUGA. PUAS KALIAN SEKARANG KALIAN TAU SAYA BAHKAN BISA NYASAR BAHKAN ADA GPS DI TANGAN SAYA??
*nangis di bawah peta kota Jakarta*
Pernah juga saya lupa untuk....goreng kentang. Saya nggak tau saya pernah cerita apa nggak sebelumnya di sini, tapi saya pernah ceritanya mau goreng kentang, terus lagi manasin minyak goreng, saya balik ke kamar untuk ganti baju, terus habis ganti baju saya malah......tidur-tiduran mainan henpon. Sampe akhirnya saya kepingin ke kamar mandi, dan saya bingung, kok terlihat terang dari kejauhan, setelah saya cek, itu ternyata........kobaran api yang sudah naik ke wajan yang berasal dari minyak yang terlampau panas. Saya langsung panik dan mengingat dari pelajaran PLKJ, katanya nggak boleh madamin api dari kompor dengan air langsung, harus pakai karung goni basah dulu. Berhubung di rumah saya nggak ada karung goni, maka saya pakailah.....keset. Saya rendam keset di dalam air terus saya langsung lemparin kesetnya ke atas wajan yang............MENYEBABKAN APINYA MAKIN BERKOBAR. Saya makin panik, saya panggil adik saya untuk bantu memadamkan api. Kalian tau apa yang dilakukan adik saya? Dia ambil air segayung, dan BYUR. Kompornya disiram. Dia melakukan apa yang tidak disarankan di buku PLKJ. Namun apakah apinya masih tetap berkobar? APINYA PADAM SEKETIKA, PEMIRSAAAA!
*robek-robek buku PLKJ yang selama ini ternyata telah membohongi hidup saya*
See? Bahkan sifat pelupa saya ini bisa menyebabkan rumah saya hampir kebakaran.
Lesson learned: Kalo lagi kepingin kentang goreng delivery ajalah udah, nggak usah sok-sokan kepingin goreng sendiri kalo kamu punya sifat pelupa.

2. Ngantukan.
Mungkin bisa kalian baca di postingan ini kalau dari kecil, waktu tidur saya di malam hari itu tepat waktu. Karena kalau saya tidur lebih dari jam yang ditentukan orang tua saya, saya akan terancam tidak bisa dibelikan buku cerita sama Papa saya di weekend berikutnya. Maka dari itulah saya sampai sekarang mudah sekali ngantuk. Waktu tidur saya sempat berantakan ketika kuliah dan beberapa tahun pertama kerja, tapi sekarang sudah mulai teratur lagi, dan sudah jarang sekali saya berangkat kerja dalam keadaan belum tidur sama sekali, malah seringnya kalau lagi terlibat percakapan via text, saya 'menghilang' di tengah percakapan, IYA KARENA SAYA KETIDURAN PADAHAL TOPIK PEMBICARAAN MASIH BERJALAN. Dan saya bukan tipikal orang yang butuh keheningan sebelum tidur, jadinya tidur di tengah keramaian pun bukan hal tabu bagi saya. Kejadian bodoh yang pernah saya lagi nonton Sicario , pada Desember 2015 kemarin di bioskop. Nah Sicario ini adalah salah satu film yang menurut saya jalan ceritanya terlalu berat bagi otak saya yang kapasitasnya tak seberapa, dan saya pun nggak merasa engaged dengan jalan ceritanya, saya berusaha mencerna film itu dengan seksama, namun ternyata saya gagal karena kemudian.........saya ketiduran. Saya waktu itu nontonnya sama pasangan saya (waktu itu), dan saya emang lagi nyender di bahu dia. EH TERNYATA KETIDURAN. Saya kebangun di beberapa menit menuju akhir film, dan melihat dia sedang serius dan terlihat terpukau dengan mata yang berbinar-binar. Wait, kayaknya dia nggak ngeh saya ketiduran. Jadi saya pura-pura terpukau juga dengan film itu. Sampai akhirnya film habis dan kami keluar bioskop, saya komat kamit dalam hati meminta satu doa spesifik pada Tuhan: Jangan sampe dia bahas film itu karena saya mostly ngga ngerti film itu dan ketiduran. Itu hal yang paling penting, Tuhan. Jangan sampe dia bahas film itu karena saya ketiduran, gimana nanti kalo dia bahas part di mana saya lagi lelap dalam buaian suara senapan yang berasal dari film? Dia bisa marah dan saya terlalu ngantuk untuk berargumen. Selamatkan nyawa saya kali ini, Tuhan...
Tapi ternyata waktu itu Tuhan lagi kepingin bercanda sama saya.
Iya, benar. DIA BAHAS FILM ITU.
Saya cuma manggut-manggut setuju sama dia sepanjang jalan pulang dia bahas film itu, kelihatan sekali kalau dia suka sama Sicario ini. Namun walaupun Tuhan tidak mengabulkan doa saya supaya dia tidak membahas filmnya, namun Tuhan masih mau menyelamatkan hidup saya malam itu. Dengan hanya bermodalkan anggukan-anggukan setuju dan ke-sok-tahu-an saya akan jalan cerita film itu, dia tidak curiga kalau saya ketiduran, dan saya pun diantar pulang selamat sampai tujuan.
Lesson learned: Kalo udah punya sifat ngantukan begini dan diajak nonton film di bioskop sama pasangan yang pemarah, tontonlah dulu trailernya. Kalau kira-kira tipe filmnya adalah tipikal yang akan membuat kalian ketiduran di bioskop, cucilah mata kalian dengan kopi sebanyak tujuh kali. Niscaya......mata kalian akan perih. Kalo tetep ketiduran (yang sebenernya itu urusan kalian, saya nggak tanggung jawab), sering-seringlah mengangguk setuju dan bilang,"Ya aku juga suka bagian itu. Bagus ya filmnya". Kalau bisa, alihkan perhatiannya untuk membelokkan topik pembicaraan seperti,"Denger-denger, sekarang harga jagung naik ya? Udah bukan per karung lagi dijualnya, per kebon". 

Lanjout!

3. Takut gelap.
Saya ini anaknya cemen. Apa-apa takut. Takut setan, takut kethilangan, takut kalo orang tua marah, takut sama tagihan kartu kredit, pokoknya saya itu punya banyak ketakutan di dalam diri saya. Salah satu ketakutan yang menempel dalam diri saya dari kecil adalah: Saya takut sama gelap.
Mungkin awalnya berasal dari fakta bahwa saya itu takut banget kalo diajak nonton film horror. Kan gelap-gelap terus muncul hantunya tuh. Nah dari kecil saya emang ngga suka nonton film horror. Film BoBoHo kalo ada gelap-gelapnya aja saya takut. Bahkan dari kecil sampai sekarang, saya tidak bisa tidur dengan keadaan gelap total. Senggaknya harus ada cahaya dari lampu redup ataupun guratan cahaya TV. Tapi nggak pernah saya tidur dalam keadaan gelap total, sendirian. Nggak deh terima kasih wassalam. Ketakutan saya akan gelap ini pun meningkatkan awareness saya terhadap darkness itu sendiri. Let's say kalo tengah malam mati listrik dan lampu padam, saya pasti kebangun dari tidur saya dan teriak,"MAMAAAAAA!" lalu ngibrit lari pindah tidurnya ke kamar Mama saya. Iya, sebegitu takutnya saya sama kegelapan, walaupun kalo laper saya suka makan dengan gelap mata, tapi bukan itu point saya. 
Ada salah satu kejadian yang membuat jantung saya mau copot rasanya. Saya lagi di apartment pasangan saya (waktu itu), ada barang saya yang ketinggalan dan akhirnya dia pun turun duluan dan menunggu saya di bawah. Otomatis saya turun sendiri dong pakai lift. Semua berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya pas sudah sampai bawah......
Lift-nya mati.
IYA MATI SAMA LAMPU-LAMPUNYA ITU SAYA SENDIRIAN DI DALEM LIFT GIMANA COBA RASANYAAAAAA.
Saya panik. Saya gedor-gedor pintu lift dari dalam, teriak-teriak minta tolong. Dari awalnya mencoba jaim teriak seadanya, sampai akhirnya teriak sambil nangis sesenggukan. MUNGKIN ITU RASANYA BERADA DI ANTARA HIDUP DAN MATI. Orang juga udah banyak berkumpul di depan lift, terdengar ada yang ikutan panik, which doesn't help at all. Ada juga yang mencoba menenangkan saya, suara ibu-ibu,"Tenang ya sayang.. Kita lagi cari orang buat bukain lift-nya.. Tenang ya, sabar ya.." Mungkin ibu-ibu itu menyangka yang terjebak sendiri di dalam lift adalah anak kecil, karena saya dengar dia bilang sama orang di luar,"Eh cepetan ini benerin lift-nya ini anak kasian udah panik banget pasti di dalem kejebak lift!" saya masih menangis sambil gedor-gedor dan teriak-teriak minta tolong, sampai akhirnya.....
Lampu lift menyala.
Pintu lift terbuka.
Dan benar dugaan saya, sudah banyak orang berkumpul di depan lift. Dan mereka cukup kaget kalau ternyata yang terjebak di dalam lift adalah mbak-mbak paruh baya (baca: SAYA. PUAS??) dengan mata sembab, hidung merah, dan keringat sekujur tubuh yang diakibatkan oleh ketakutannya terhadap gelap. Saya pun berusaha tenang berjalan ke luar lift dan langsung menuju parkiran di mana saya sudah ditunggu. Ada satu orang perempuan di depan lift terlihat shock dan ngeliatin saya ketika saya keluar lift, yang saya duga penuh itu adalah ibu-ibu yang mencoba menenangkan saya. Mungkin dia menyesal, saya nggak tau juga.
Lesson learned: Kalo takut sama gelap, BAWA SENTER KEMANA-MANA. 
Udah itu aja.

Tadi adalah beberapa kekurangan dan kebodohan yang ada di dalam hidup saya yang sebenernya waktu dijalanin, sebel, malu, dan berpikir,"I could've done better". Tapi pasti ada pelajaran yang saya pahami dari tiap kejadian dalam hidup saya yang membuat saya menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya. Ada amin, saudara? AMIIIIN!
Saya memang sangat membebaskan diri saya merasakan dan menyerap setiap energi, positif maupun negatif, yang datang ke hadapan saya. Kalau energinya terlalu besar, kadang saya agak larut dalam emosi tersebut. Tapi toh saya bisa mempelajari baik-buruknya, juga biasanya saya mentertawakan keburukan yang ada di dalam diri saya, karena memang tidak ada gunanya juga saya terus meratapi tentang apa yang sudah terjadi, toh? Makanya saya pernah ngetwit begini:

Enjoy the rest of your Sunday, tweeps! Semoga yang lagi flu kayak saya, flu-nya lekas kabur kalah sama daya tahan tubuh kalian. Ingat, menertawakan diri sendiri itu bukan perbuatan bodoh, tapi sebagai pengingat bahwa hidup yang hanya sekali ini ada baiknya dibawa senang saja :)
*tenggak obat flu sepabrik*

10 April 2016

#ReviewnyahToskah: Batman vs Superman

Halaw! Kalian semua pasti sudah menanti-nanti menunggu-nunggu mengingat menimbang dan memutuskan (woelah, bikin SK kali ah) blogpost saya yang satu ini. Yak, benar. Pada postingan kali ini saya akan kembali menulis #ReviewnyahToskah! WOO HOO! MANA SAMBUTANNYAAAA SUARANYAAAA KEPROK TANGANNYAAAA DJ MATIIN LAMPUNYAAAAA~
*dijejelin speaker*
*cepetan kalo mau nulis review ya tulis aja siah pake segala banyak cingcong*

Oke. Kali ini, saya akan menulis review tentang film yang sangat hits akhir-akhir ini dikarenakan dari judulnya aja sudah menggambarkan peperangan.
(((PEPERANGAN)))
Yoi. Saya akan menulis review film di bawah ini:

pic source
 YAKBETOOOOL! BATMAN VS SUPERMAN!
*nyalain petasan rentet*
*kesundut sendiri*

Jadi, Jumat kemarin saya akhirnya nonton juga film yang banyak diperbincangkan orang ini. Saya sengaja nonton film ini nggak langsung setelah film ini release karena pasti ngantrinya naujubilah. Maka jadilah saya nontonnya baru Jumat kemarin. Telat? Bodo amat.

DISCLAIMER: REVIEW INI MENGANDUNG BANYAK SEKALI SPOILER DAN DITULIS DARI SUDUT PANDANG SAYA YANG AWAM AKAN PERKOMIKAN DAN PER-SUPERHERO-AN. Jadi mohon maaf kalau tulisan minim pengetahuan saya ini nggak cocok sama selera baca kalian yang ngerti sepenuhnya sejarah Batman maupun Superman.

03 April 2016

A (future) Letter

Sebelum saya memulai postingan ini, ada baiknya saya memberi sepatah-dua patah kata sebagai pembuka. 
EHAAAAAI TILCIKERS DAN TILCIKERSWATI YANG TERKASIH TERSAYANG TERMEHEK-MEHEK BAGI YANG JOMBLO~
*digebuki*
Jadi, masih dalam rangka tulisan rutin tiap hari Minggu pukul 21.00, saya (alhamdulillahnya) masih konsisten menulis di dalam tag '9 PM' ini. Berunding untuk topik "What to write next?", saya yang emang gak bisa mikir berat-berat dan partner menulis saya yang tulisannya hanya menjadi konsumsi pribadi saya karena dia sempat punya blog tapi sayangnya sekarang udah ga ada pun sempat bingung menentukan tulisan bertemakan apa lagi yang akan kami tulis. Kemudian saya mengingat-ingat, tulisan pertama bertemakan masa sekarang (ibarat kata tenses, it's a 'present tense'), tulisan kedua berisikan tentang masa lalu (past 'tense') dan tulisan ketiga berhubungan dengan masa sekarang (present 'tense') lagi. Kemudian saya bilang sama dia,"Gimana kalo tulisan berikutnya kita pake 'future tense'?" dan kemudian dia setuju, dan dia mengusulkan kalau tulisan selanjutnya yang akan saya post jam 9 malam di hari Minggu yang entah kenapa nggak hujan-hujan ini bertemakan tentang........
A Letter to Your Child.
*petir menggelegar*
*tukang fogging siap-siap*
*kenapa tiba-tiba ada tukang fogging?*
*lagi jamannya DBD, buat jaga-jaga aja*
*oh oke*
Saya sempat lumayan bingung memikirkan untuk menulis apa kalau saya harus menuliskan surat untuk anak saya kelak. Karena jangankan punya anak, menikah aja belom ada di bayangan saya dalam waktu dekat ini :)))
*dipelototin Mama*
*oke Ma saya akan menikah, doain aja ya, Ma*
Jadi, dengan segenap energi dan rasa kenyang yang melanda, let me write you a letter. A letter to my (future) child, to be exact.