29 April 2015

Back on track

Prologue
Orang-orang terdekat saya pasti mengetahui how much I love writing. Bagi saya, menulis bukanlah sekedar hobi ataupun pekerjaan. It's a part of me. Saya memulai kecintaan saya terhadap menulis sedari kecil. Saya ingat ketika saya berusia 4 tahun, Mama mengajari saya cara menulis, dimulai dari huruf vokal. A, I, U, E kemudian O yang lalu dilanjut oleh huruf konsonan. God, I clearly remembered that I HATE IT SO MUCH. Saya sempat marah dan membanting pensil saya, namun berkat kesabaran beliau, saya akhirnya lulus pelajaran tulis menulis.  Memasuki SD, pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya, dan Matematika pastinya menjadi mata pelajaran yang bawaannya pingin saya musnahkan. Saya merasa selalu bersemangat tiap kali saya belajar Bahasa Indonesia, kenapa? Karena ada sub-bab 'mengarang', di mana saya bisa membawa imajinasi saya berjalan-jalan dan merangkainya ke dalam kumpulan paragraf pada satu cerita. Apalagi kalau habis liburan sekolah, ketika saya masih SD guru saya pasti meminta murid-muridnya untuk menulis pengalamannya pada liburan kemarin. Saya selalu sangat bersemangat tiap kali mengerjakan tugas itu dan meskipun saya tidak selalu mendapat nilai terbaik di kelas, saya sangat menikmati setiap aliran kata yang mengalir dari kepala saya ke atas kertas.

Distraction 1
Minat membaca saya, kata Mama, juga mulai terlihat ketika saya masih balita. Dulu ketika masih balita setiap malam jamnya tidur, saya pasti rewel. Entah minta minum susu, entah minta dielus-elus rambutnya sampai ketiduran, entah minta manicure pedicure, entah minta les berkuda.. Oke, untuk dua hal terakhir tentu saja saya bohong. Pokoknya rewel. Akhirnya Papa menyiasati hal ini dengan membuat tabel yang berisi hari Senin - Jumat. Papa akan menggambar sebuah bintang kecil di tabel itu jika saya tidak rewel ketika ingin tidur. Jika kolom Senin sampai Jumat terisi bintang kecil, maka hari Sabtu atau Minggu, Papa akan membawa saya ke toko buku dan saya bebas memilih buku apa saja yang saya suka. Saya ingat pilihan pertama saya waktu itu jatuh pada buku Teori Gravitasi Bumi. YA ENGGAK LAH tentu saja saya berdusta. Namanya juga anak kecil, yang dipilih pasti buku dongeng, dong. Entar lah Puteri Tidur, kemudian Puteri Cantik dan Si Buruk Rupa, atau juga Puteri Cinderella. Namun tak lama muncullah Nikita Willy dan terbitlah.... Puteri yang tertukar.
*digebok massa*
*APA YANG SEDANG KAMU COBA TULIS, ANITAHHH??*

Distraction 2
Ketertarikan saya terhadap menulis dan membaca sempat berkurang jauh ketika akhirnya saya menemukan dunia baru, yaitu menggambar. Dulu guru SD saya yang bernama Pak Ahmad membuka kelas kursus menggambar. Jadi setiap hari Kamis sepulang sekolah, saya dan beberapa teman akan stay di kelas dan menggambar-gambar. Saya sangat suka menggambar. Saya merasa bersemangat setiap kali menggambar. Hingga akhirnya....
*musik dramatis mengalun*
Saya ikut lomba menggambar.
Saya sangat bersemangat juga bersuka cita ketika memasuki arena perlombaan. Banyak sekali terdapat anak-anak seumuran namun tidak lebih kece dari saya yang juga mengikuti perlombaan tersebut. Saya sangat percaya diri ketika saya mulai menggambar dan mewarnai, setiap garis saya tarik dengan penuh keyakinan, setiap warna saya torehkan dengan penuh rasa nasionalisme dan Ing Ngarso Sung Tulodo, bahkan saya merasa sangat puas ketika saya selesai menggambar dan men-submit gambar saya ke pihak panitia. Namun, ketika saya berjalan keluar gedung dan melewati para kontestan yang masih menyelesaikan gambarnya.....
Gambar mereka jauh lebih bagus daripada gambar saya.
Jauh.
J.
A.
U.
H.
Kepercayaan diri saya kayak gaji di tiap tanggal tua: habis tak bersisa. Begitu juga dengan minat saya dengan dunia gambar-menggambar. Sejak saat itu, saya nggak mau lagi ikutan lomba gambar. Saya juga mengundurkan diri dari geng klub gambar binaan Pak Ahmad. Anita mah gitu anaknya, ngambekan :)))

Back on track!
Selesai dengan minat di dunia gambar-menggambar, akhirnya saya dipertemukan oleh jodoh saya, yaitu.....
Buku Harry Potter and The Sorcerer's Stone.
Berawal dari rasa penasaran akan "Apa sih isinya buku setebel itu?", akhirnya saya memberanikan diri meminjam buku itu kepada sepupu saya. Hasilnya? Nggak sampe seminggu, buku itu sudah habis saya baca. Dilanjut dengan Harry Potter and The Chamber of Secrets, The Prisoner of Azkaban, The Goblet of Fire, The Order of Phoenix, The Half Blood Prince, hingga akhirnya The Deathly Hallows tak pernah terlambat saya baca dari awal pertama terbit. God I was sooo in love with the book back then. Sejak saat itu, minat saya akan membaca bangkit kembali dan akhirnya saya rutin membaca banyak buku, OH TENTU SAJA KECUALI BUKU PELAJARAN SEKOLAH HAHAHAHAHAHA.
*bakar raport semasa sekolah*

First Blog
Memasuki usia remaja yang lagi ranum-ranumnya, seperti anak seusia saya kebanyakan, saya mulai merasakan yang namanya taksir-menaksir. Kupu-kupu di dalam perut. Jantung yang berdebar lebih cepat kayak abis minum kopi segentong. Rambut yang lebih sering disisir. Ya, tanda-tanda jatuh cinta.
....walaupun cintanya ya cinta monyet. Namanya juga bocah masih pake miniset yang gambarnya kalo nggak Hello Kitty ya Kero Keroppi.
Pada fase 'mulai genit' selanjutnya, saya merasakan jatuh cinta sebenarnya. Kepala saya mulai penuh. Saya butuh media untuk menjadi 'wadah' dari isi kepala saya. And yes, I started back on writing. Di situlah blog pertama saya YANG TAKKAN PERNAH SAYA SEBUTKAN DI SINI muncul. Penuh kelabilan, luapan emosi, luapan kebahagiaan, dan bukti bahwa saya pernah alay terdapat di blog itu. OH THAT'S WHY SAYA NGGAK MAU SEBUTIN BLOG PERTAMA SAYA DI SINI HAHAHAHAHA.
*kubur masa lalu dalam-dalam*

Tealchick: The Beginning
Sempat vakum pada tahun 2007 karena rasa kehilangan yang sangat dalam menutup minat saya pada menulis, akhirnya pada 2008 saya membuat blog tak bermutu ini. Tealchick. Kenapa teal? Karena saya suka warna hijau toska. Kenapa chick? Karena saya ayam merasa sok oke. Udah, itu aja. 
Bermulai dari URL tealchick.blogspot.com (yang gratis aja, maklum budget mahasiswa waktu itu), blog ini berisikan hal-hal nggak penting yang saya tulis di dalam kehidupan sehari-hari, let's say a diary. But as the time goes by, I had some improvement, seperti misalnya membeli domain .com hingga si tilcik ini berubah menjadi tealchick.com hingga perluasan konten. Dari sebuah diary yang isinya cerita tentang hidup saya yang membosankan menjadi seperti sebuah bulletin board. Ada beberapa pemahaman dan pemikiran saya terhadap hal-hal tertentu yang saya tuliskan di sini, beberapa review ngaco kelas dunia, sampai puisi ala ala gegalauan remaja demi pencitraan agar selalu dibilang muda.

 Rasa Cinta



Saya masih sangat ingat saya sedang makan nasi goreng di rumah teman saya ketika message dari Ariev masuk: "Toska, mau ikutan nulis, nggak?" dan ternyata, itu adalah ajakan menulis novel, something that I've always dreaming about. Nggak pakai pikir panjang dan lama, saya meng-iya-kan ajakan Ariev. Saya kemudian dipertemukan dan dikenalkan oleh Roy dan Teh Dewi. Sementara Dwika, Wandy, Loli dan juga Ariev adalah orang-orang yang familiar di dalam keseharian saya. Singkat cerita, kami terus berkomunikasi untuk menyamakan pikiran di tengah deadline yang lumayan menghimpit. Beberapa kali meeting dengan editor kesayangan kami, Fial, akhirnya buku ini launching pada tahun 2012. Sebuah novel kumpulan cerpen yang bercerita tentang analogi cinta yang dihubungkan dengan makanan. Saya menulis dua cerita dan 1 frasa di situ: Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga, Rhyme Dine, dan Kopi Hitam tanpa gula. Don't ask me how it feels to finally write in a published books. Because it feels really amazing :)

Setahun Berkisah



Euphoria pembaca akan Rasa Cinta membuat saya sangat gembira. Banyak respon baik yang positif maupun negatif (namun memotivasi saya untuk menulis lebih baik lagi) tentang tulisan saya di buku tersebut. Saya menjalani kehidupan seperti biasa, sampai akhirnya, beberapa bulan setelah Rasa Cinta, Roy menghubungi saya:
"Mau nulis lagi nggak?"
YANG TENTU SAJA SAYA SAMBUT DENGAN BAIK DAN GEGAP GEMPITA HAHAHAHAHAHA.
*Anita perempuan rakus project*
Maka diadakanlah meeting di Starbucks Plaza Senayan (yang kemudian menjadi base camp kami tiap meeting). Yang belum saya kenal hanyalah Dannie dan Teh Dilla (yang berdomisili di Bandung). Kali ini kami para penulis bercerita tentang analogi cinta yang berhubungan dengan hari raya. Saya menulis tentang hari raya Idul Fitri yang berjudul............Aid-ul Fitri. DIAM KALIAN NGGAK USAH KETAWA-KETAWA NUNJUK-NUNJUK SAYA GAK KREATIP!! *makan ketupat sama daun-daunnya*
Singkat cerita, pada tahun 2013, 'anak' kedua saya si Setahun Berkisah, rilis juga :)

Tealchick: Now
Alhamdulillah saya mendapatkan banyak hal yang membuat hidup saya lebih berwarna dari Tealchick. Teman-teman baru, pengetahuan baru, bahkan pekerjaan. Saya memang sempat menutup blog ini beberapa waktu yang lalu karena satu dan lain hal. Tapi tidak bisa dipungkiri, kerinduan saya untuk menulis di sini sangatlah besar. Bagaimanapun, kecintaan saya akan menulis adalah hal yang memiliki space besar dalam hidup saya.
*kemudian penonton berkata,"Gak ditutup aja ini blog jarang di-update, Nyet"*
Saya memutuskan untuk membuka kembali blog ini untuk kemudian dapat dibaca khalayak ramai padahal page view saya gak naik-naik angkanya namun dengan beberapa penyaringan konten. Kenapa? SUPAYA PEMBACA KEPO KAYAK ELO GAK TAU APA-APA SOAL IDUP GUE YEEEEEEEEEEE~~
*tenggak bensin*
*sembur api*

Epilogue
So here I am right now, re-opening this blog. Back to where I belong: writing. Hopefully I'll write here more often dan tidak memedulikan yang kepo ala ala. Ya, saya tau kamu yang mencoba log in malam dan pagi hari ke blog ini waktu masih ditutup. Saya juga tahu kamu yang mencoba masuk ke Twitter dan Facebook saya, requesting a new password. Kenapa saya tau? Because I'm smarter than you. Oh you obviously know that, don't you? And yes, you only can read what I allow you to read. Don't be afraid, I'm a good girl :)

No one can take me away from my writings. And yes, I breathe with the words you don't have in your head.

Enjoy your long weekend, people.