05 January 2016

New Year, New Me. Not really.

Hai hai.
*sapu-sapu debu*
WAAAAAAAAWWWWW INI POSTINGAN PERTAMA TILCIK DI 2016.....DAN SETELAH SEKIAN LAMA!!
*putar-putar sapu ke segala arah*
*kelilipan kena debu*

Udah tahun baru, nih. Tilcikers di seluruh jagad raya. Gimana acara tahun baruan kalian? Wasted? DASAR PEMABUK KALIAN SEMUA!!
*digebukin*

Di hari ke-5 di 2016 ini, udah seberapa panjang daftar resolusi dan target-target kalian? Saya yakin banget nih gym laku keras, banyak yang daftar di awal tahun karena resolusinya pasti menjadi lebih kurus dan kekar di 2016. Woelah, itu resolusi apa mau daftar polisi?
*dipentung*
*pake paha ayam*
*yang crispy apa yang original, Kak?*
*yang crispy tapi masih original boleh? Yang idungnya belom dioperasi yang dagunya belom dilancipin*
*APA SIH ANITAH?!*


Speaking of resolusi tahun baru 2016, let me tell you one thing:
I have none.


Seriously, saya bukanlah orang yang bisa merencanakan hidup saya dengan baik. Boro-boro untuk setahun ke depan, weekend berikutnya aja saya nggak tahu mau ke mana.
*liatin dompet*
*iba pada diri sendiri*
Dan ini bukan tahun pertama saya nggak punya resolusi. Sudah sekian penutup tahun dalam hidup saya diisi hanya dengan makan enak dan ketawa ketiwi dengan orang-orang terdekat. Ngeh kalau sudah pukul 12 malam karena diingatkan oleh suara kembang api yang makin jedar jeder nggak keruan, atau karena broadcast message yang masuk ke dalam chat messenger di smartphone saya yang isinya,"Happy New Year! Semoga tahun ini bla bla bla..." kemudian berakhir dengan saya membalas message itu dan berucap dalam diri sendiri,"Happy new year, self."
Udah gitu doang.
Garing ya hidup saya? Iya.
Banget.

Buat saya, tahun 2015 banyak memberikan kesan untuk saya. Di luar pernikahan ketiga Mpok Ely Sugigi dan tertangkapnya Nikita Mirzani yang kemudian diberikan penyuluhan jahit-menjahit, 2015 memiliki tempat tersendiri di hati saya. Susah-senang, sedih-gembira, terbang jatuh cinta - terpuruk patah hati karena perbuatan saya sendiri.. 2015 gave me one hell of a life lesson. Di mana saya menerima akibat perbuatan saya sendiri dan tidak ada yang bisa membantu saya untuk mengatasinya selain diri saya sendiri. 2015 menunjukkan saya bahwa betapa besar kasih sayang orang di sekeliling saya untuk memahami dan tetap merangkul saya, sebesar apapun kesalahan saya. 2015 membuat saya belajar bahwa I am my own person: bahwa sayalah orang yang menerima efek paling besar dari keuntungan maupun kerugian akibat semua perbuatan dan tindakan saya. 2015 pernah membelai saya halus dengan penuh kasih sayang namun kemudian menampar saya dengan keras yang membuat saya jatuh terpuruk, kembali lagi karena perbuatan saya sendiri. 2015 adalah tahun yang sangat dahsyat untuk saya. Sangat, sangat dahsyat..

 Jika boleh saya mendeskripsikan tahun 2015 dalam satu kata, it will be:
GILA.
Bukan karena 2015 membuat saya kehilangan kewarasan saya, tapi karena tahun 2015 adalah tahun paling 'gila' sepanjang hidup saya. Semua kejadian dan kenangan dan tindakan yang saya alami selama tahun 2015 membuat saya belajar satu hal:
BERSYUKUR.
*Kemudian para pembaca bertanya-tanya,"Jadi 2015 ini bikin si Anita gila apa bersyukur?"*
*para pembaca kurang cerdas nih. Boleh nggak saya besok-besok kalo posting nyewa pembaca bayaran aja? Mpok Ely apa bisa provide kebutuhan saya akan pembaca cerdas?*
*digigit*
*sama macan*
*bukan sama Mpok Ely loh*
*kalian kok suudzon*

Semua hal yang saya alami di 2015 juga membuat saya belajar untuk lebih humoris terhadap diri sendiri. Iya dong, kalo nggak pinter-pinter amat ngetawain diri sendiri, mau jadi apa hidup ini? TSAAAAAHHHHH~
*kibas poni*
*ke kanan dan ke kiri*

Dengan segala kedahsyatan dan kegilaan yang diberikan 2015 untuk saya, saya pun jadi makin nggak mau ribet untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selain nggak punya resolusi, saya juga hampir nggak mau berharap banyak untuk kehidupan saya mulai 2016 ini. Saya hanya mau lebih bersyukur untuk semua kesulitan yang saya hadapi. Karena saya jadi belajar bahwa Tuhan memberikan saya kejadian di penghujung 2015 kemarin karena Dia selama ini telah memberikan saya banyak kebahagiaan tapi saya malah dengan songongnya lenggang kangkung di luar sepengetahuan saya bahwa ternyata kangkung bisa melenggang.
*tolong abaikan, si Anita nulisnya sambil mabok gorengan ceunah*

Intinya, saya ingin menjalani kehidupan saya mulai dari 2016 secara lebih ringan. Dengan tetap berfokus kepada diri sendiri dan mementingkan kebahagiaan orang-orang yang sayang sama saya, saya masih sedikit berharap bahwa Tuhan akan lebih memberi ridho-Nya untuk membimbing saya menjadi orang yang lebih bersyukur dalam keadaan apapun. Dia sudah menunjukkan kebesaran-Nya dengan tidak meneteskan dendam sedikitpun di dalam hati saya untuk kemarahan jenis apapun yang pernah saya rasakan, sekarang waktunya saya berterima kasih dengan rasa syukur atas semua kekuatan yang Dia berikan pada saya, seorang Anita Rizky Hardiyanti Prabowo, seorang anak dari sebuah sudut di Rawamangun yang hobinya nulis sama masuk angin.

Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, kalian. Terima kasih, kamu.
I will not be who I am today if it's not because of you. All of you.

And last but not least, thank you, 2015. You've been one kind of unexpectable year. Now I'm gonna walk to 2016 lightly, trying to find its own surprises for me.

:)

And of course, happy new year, folks!