15 December 2013

Laughter

Hola! Udah akhir pekan lagi nih, gimana minggu kalian sampe hari ini? Senang? Sedih? Lesu? Tak bersemangat? Mungkin kalian butuh hiburan, kayak saya. Saya lagi agak gloomy di awal bulan Desember ini, karena.....gaji saya habis hanya dalam 3 hari.
*potekin kalender*
*kunyah*
Untuk mengatasi ke-gloomy-an saya, maka saya pun menghabiskan waktu untuk mencari penghiburan sendiri, and I just finished reading this book:
pic source
Buku yang ditulis secara ringan dan sederhana oleh salah satu komedian favorit saya, Ellen DeGeneres. Saya awalnya suka banget nonton show-nya, The Ellen DeGeneres Show dan baru belakangan tau kalo dia juga nulis buku setelah saya browsing dan nemu judul buku ketiga-nya yang kemudian saya beli: "Seriously...I'm Kidding".

Saya beli buku ini karena saya penasaran apa cara dia nulis sama dengan cara dia ngomong secara tiap saya nontonin dia ngomong aja udah seru banget jadi wajar dong ekspektasi saya cukup tinggi. Dan setelah saya baca bukunya, ternyata....
Sama, Bahkan lebih seru.

Aslik, saya sangat menikmati tiap kata yang dia tuliskan. Saya baca buku ini sambil visual ngebayangin dia bercerita kepada saya mengenai hari-harinya, pengalaman-pengalamannya, bahkan mumbling-nya yang tidak jelas pun masuk ke dalam visual saya. Ellen menggunakan gaya penulisan yang santai, bahasa-bahasa yang ringan, dan pastinya ada beberapa kata baru  yang bisa saya pelajari dan masuk ke dalam daftar tambahan vocabulary saya. Bahkan ada satu chapter yang judulnya "For the children - Part one" yang isinya gambar-gambar yang bisa diwarnai oleh anak-anak. See how cool she is! Saya sampe irit-irit baca buku ini saking gak relanya saya pisah sama tulisannya Ellen :))
*pembaca kemudian bergumam: "Bilang aja kere lo gak punya duit bakal beli buku baru, Anita"* kok kalian tau sih saya lagi kere? Apa? Kalian bilang saya emang kere setiap saat? Yaudah, kalian sebagai pembaca yang saya harapkan loyal, nyumbang dong buat saya. Tuh di pojokan ada kotak amal. Iya, yang tulisannya "Koin peduli Anita demi Indonesia yang lebih baik". Kalo kalian gak punya recehan, saya punya kembaliannya kok.

Oke, back to the topic. Saya terbawa arus dan menghabiskan beberapa bab sekaligus dalam satu kesempatan, dan sampailah saya pada chapter terakhir bukunya. Agak gak rela tapi ego menginginkan saya untuk terus membaca, mata saya terpaku pada satu kalimat di tengah-tengah paragraf:

"Laugh. Laugh as much as you can. Laugh until you cry. Cry until you laugh".
 
Saya terdiam beberapa detik setelah membaca kalimat itu. Bukan, bukan karena saya kesambet setan penunggu malem minggu bagi jomblo macam saya, tapi lebih ke, apa ya. Tertegun, gitu. Apa? Kalian tanya Tegun Gondrong atau Tegun Blues Shelter? Garing, pemirsa. Kalian pembaca yang garing, namun saya suka. Hidup saya menjadi sempurna dengan mengetahui kalau lebih banyak yang garingnya lebih minta diantup lalat tse tse daripada saya.
*selametan*

Kemudian, dengan kuota otak yang tak seberapa ini, saya pun berpikir.
"Laugh until you cry".
Pasti kalian pernah dong ngerasain hal kayak gini? Ketawa sampe nangis? Entah ngetawain joke teman kalian yang garing, atau ngetawain diri sendiri karena mendadak kalian merasa sangat bodoh habis melakukan suatu hal, kayak....mancing jentik-jentik nyamuk? Oke, saya tau saya garing. Gak usah diketawain sambil ditunjuk-tunjuk gitu, dong. Woy, udah woy! Gak usah sampe gegulingan gitu ketawanya sampe nangis! HOOOOYY! Well, at least you've got my point. There, kalian ketawa sampe nangis. And how happy our life is with such thing, no?

"Cry until you laugh".
Kalo ketawa sampe nangis adalah hal yang mudah bahkan sangat mudah untuk dilakukan, bagaimana untuk hal sebaliknya? Menangis sampai ketawa? Gak mungkin, dong! Si Anita ini bego ya orang lagi sedih mana bisa ketawa emangnya gula jawa abis nangis ketawa-tawa?
But I've been there.
Saya pernah saya menangis untuk kesedihan yang dalam, ketika saya pulang dari upacara pemakaman sang laki-laki kesayangan. Saya menangis sejadi-jadinya, saya berteriak, airmata saya kalo ditadahin dan disuling mungkin bisa bikin saya buka warung isi ulang air mineral galon, saya belum pernah sesedih itu. Di tengah tangis yang ngarepnya dibilang dramatis dan dengan harapan yang sudah terkuras hampir habis, saya terdiam, kemudian tertawa. Ya, tertawa di tengah tangis. Aneh? Memang. Tapi toh kala itu saya sendiri dan saya sudah tidak memedulikan apa-apa. Saya kehilangan laki-laki yang paling saya sayang nomor tiga (setelah bapak dan adik saya) ketika saya sangat membutuhkan dia. Ketika rasa sayang saya masih mengalir deras untuknya. Ketika harapan dan kekuatan saya untuk bisa menemaninya melawan penyakit ginjal sialan itu sedang tinggi-tingginya, BOOM. Tuhan ambil dia.
Saat itu juga, tangis saya berubah menjadi tawa. Kalo kita sebagai manusia paling mentok bisa bercanda dengan cara mengolok-olok orang lain, Tuhan dengan ke-Maha-an-nya, bercanda dengan hidup kita. God is surely The Greatest Joker, no?
:)

Saya setuju sama Ellen. "Laugh as much as you can". Because we'll never know what's gonna happen to us even in the next single second of our life. Whatever it is, want it or not, like or dislike, we should embrace it with an open heart. And for me, the best way to do it is with laughing. Laugh for, to, and in welcoming whether good or bad things that come to us. Why? Because we're sometimes too busy finding the meaning of life we forget how to be happy.

And if we're not happy, how we can find the answer?

Good night, good people. Enjoy the rest of Saturday night. Ada yang mau traktir saya sekoteng?