18 January 2011

Surat Cinta #4

Kepada cangkir putih yang berisi kopi hitam.
Kali ini saya ingin menulis surat, kepadamu.
Surat cinta, walaupun saya tahu ini akan berujung nista dan memperburuk citra.
Tapi setidaknya, saya usaha.

Kalau ditanya kenapa saya suka kamu, saya selalu bilang,"Ya ngga apa-apa, biar kece aja gue keliatannya".
Padahal, saya bukan hanya suka. Saya jatuh cinta. Sama kamu.
Kamu hitam tapi menggoda. Harummu tak biasa tapi memberi rasa nyaman yang luar biasa. Rasamu pahit namun menyegarkan mata.

Kamu, yang selalu membuat saya terjaga setiap bulan memunculkan batang hidungnya. Tidak adiktif, tapi membunuh perlahan kata mereka.
Kamu, pemacu degup jantung paling kencang kedua setelah cinta.
Kamu, penyebab sepasang mata ini makin terlihat seperti panda.
Namun kamu, yang walaupun tidak pernah memaksa, membuat saya tak rela melepas semuanya.

Saya tidak tahu lagi mau menulis apa.
Karena kamu tidak terdeskripsikan. Saya tidak bisa menggambarkan uapmu yang mengepul dan menulis apa saja yang terkandung didalamnya, dan ketika menghirupnya, saya tidak bisa menjelaskan ada berapa juta sel otak yang bekerja dan merelaksasi otak saya, juga mungkin harga cangkir putih sederhana yang selalu menjadi perantara antara kamu dan saya.

Teruntuk secangkir kopi hitam dengan harum yang menawan,
kamu adalah pahit yang membuat saya tersenyum manis.