Saya habis baca blognya Bundo @miund di sini, dan tiba-tiba merasa ada yang 'menohok' dari dalam kepala ketika saya membacanya. *tsah, bahasanya 'menohok', tjin*
Postingan itu sebenarnya tentang *uhuk* cin.... *uhuk* ta, about how she met her husband, about how she heard 'something' that made her sure about her biggest decision, it is....to marry him. Now, she's having an amazing life with her loveliest one :)
Pandangan saya, tulisan Bundo ini adalah tentang apa yang ia dengar dan ia turuti.
Alam bawah sadar.
Sugesti diri sendiri, yang kadang kita tidak pedulikan.
Seperti yang pernah saya sebutkan di sini, saya seringkali mendengar suara bising di kepala saya. Suara orang mengobrol ngalor ngidul, suara robot, suara ibu yang sedang memarahi anaknya.. Semuanya berkumpul di dalam kepala. Penuh. Sesak. Rasanya seperti pasar. Ada waktu-waktu tersendiri dimana saya lagi sibuk-sibuknya sama pekerjaan saya(sebagai freelancer) dan kuliah, dan kepala rasanya tidak mau kompromi. Saya sibuk, mereka ribut. Apa yang kemudian terjadi?
Chaos.
Saya benar-benar tidak bisa berkonsentrasi. Pekerjaan saya yang waktu itu notabene adalah translate dari dokumen berbahasa Indonesia ke dokumen berbahasa Inggris, berantakan. Grammar hancur. Ngeheknya pol, lebih ngehek dari grammarnya Google Translate. Kuliah saya? Jangan tanya. Kuliah jam 7 pagi sampe sore, tanpa tidur pada malam sebelumnya. Pulang kuliah langsung ke kantor, kejar deadline.
Kepala saya isinya hanya pekerjaan dan kuliah. Patah hatipun lalu datang sekoyong-koyong seenaknya dan ikut memasukkan diri, nyempil diantara mereka. Kepala penuh, hati runtuh. *TSAAAAAH!*
Kelar idup gue. Kelar.
Itu termasuk masa hidup saya yang paling hectic.
Sekarang, walaupun sudah lewat, saya masih bisa merasakan suara-suara itu di dalam kepala saya. Mereka betah, saya pikir. Saya mulai tanya-tanya sana sini tentang suara-suara ini. Kebanyakan bilang saya punya kekuatan gaib. Tunggu dulu, bok. Saya bukannya gak cinta nih ya, but i don't think i'm that 'special'. Suara-suara ini, nggak ada hubungannya dengan per-gaib-an, walaupun gue sangat menghargai itu. Thank you, then.
Saya tetap bertahan dan kekeuh kalau itu halusinasi. Saya pasti berhalusinasi, pasti karena saya kecapekan, pasti karena saya kurang konsentrasi, pasti karena saya ini, saya itu, dan sejuta alasan lainnya yang saya karang-karang sendiri.
Halusinasi pun menjadi alasan paling kuat saya selama ini.
Sampai ketika saya membaca paragraf kesembilan di blogpostnya yang saya link di atas..
Ternyata bukan halusinasi. Ternyata bukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-gaib-an. It's me, in my own subconsciousness. Yes, the other half of Anita.
Bedanya, Anita yang sekarang menulis blogpost lagi merasa dilematik akan poninya, Anita yang 'satu lagi' entah punya poni apa enggak.
*dikepret*
Seru, rasanya. Seperti punya saudara kembar identik.
*info nggak penting*
Lalu, kenapa saya sering banget dengar banyak suara di kepala saya?
Karena saya nggak fokus. Banyak hal berkecamuk di kepala saya, seakan-akan semua hal di dunia ini saya masukkan ke dalam kepala saya. Makanya juga, saya bahas tentang 'seperti punya saudara kembar identik' ini. Seperti saya, Anita yang satu lagi ini juga suka bercerita dan akan marah kalo nggak didengerin. I was THAT busy, dan Anita yang satu lagi punya banyak 'cerita' yang ingin diceritakan dalam keheningan(aduh, ribet ya? Baca aja dengan 'ketenangan'). But i ignored her. She tried to tell me many things, but i kept on ignoring her, she got mad, lalu 'marah'lah dia. Marahnya dalam bentuk apa? Ya itu tadi, suara-suara yang mengganggu di dalam kepala. Pernah loh, saya lagi kerja, terus hampiiiiirrr banget ketiduran di depan Bleki(nama laptop saya), tinggal selangkah lagi menuju tidur yang tenang dan pulas, lalu ada suara perempuan yang teriak, "JANGAN TIDUR!!" dan, yak, kebangun aja gitu gue terus melek sampe subuh.
And i just realized, it might be her. Bisa jadi juga, ketika saya bangun dan melek sampe subuh, dia bilang,"Mampus kan lo gak bisa tidur sampe subuh? Siapa suruh gak pernah mau dengerin gue". Bisa jadi loh, ya. BISA JADI. Soalnya saya akan kesel banget kalo omongan saya gak didenger dan suka mampus-mampusin orang kalo dia kena batunya gara-gara gak dengerin saya..
*ngaku kan tuh jadinya. Cih*
Aneh, ya?
For those who don't care, yes it is. I am.
Tapi itulah yang saya rasakan. Saya juga baru 'ngeh', pas saya sudah lepas dari jeratan Diknas dan segala kejaran deadlinenya yang kebetulan juga berakhirnya semester 5 waktu itu, saya jadi lebih tenang. Walaupun kadang masih ada suara-suara, itu datengnya pas saya lagi chat sama si Mas waktu jaman PDKT dulu *hayah, najis banget lo Ta pake segala pamer*. Telling you this, Mas: Anita itu pencemburu. Jadi ketika saya lagi ngobrol sama si Mas suara-suaranya dateng, tapi setelah itu tidur saya nyenyak. Tenang. Mungkin pada saat itu giliran saya yang mendengarkan dia setelah seharian dia nemenin saya.
Well,
saya jadi belajar satu hal disini,
Never, EVER ignore what you hear.
Itu yang Bundo Miund bilang ke saya.
And i fully agree with that.
Lagipula,
gimana kita bisa menghargai orang lain kalau menghargai diri sendiri aja masih setengah-setengah?
:)
Good night, goodness.