15 April 2011

Racau Sengau

Catatan awal: Tulisan ini saya buat tiga hari yang lalu, disela-sela training yang diselenggarakan kantor tempat saya kerja praktek. Yes, this is gonna be a long-boring post. Read at your own risk. Enjoy!

Halo, ternyata saya kangen sama blog ini. Kali ini saya mau menulis di luar konteks 30 Days of Writing. Karena sekarang saya menulis pada page Microsoft Word, di tengah-tengah training yang diadakan kantor saya dan kengantukan para peserta menjelang coffee break. Ada yang menopang dagunya dengan tangan kanan, jam tangannya baru nampaknya. Masih kinclong. Ada yang curi-curi tidur dengan menundukkan kepalanya dan buku tebal di hadapannya. Ada yang tidak berhenti mengunyah permen yang pihak kami sediakan. Oh, hati-hati gula darah naik, Pak.

Nah. Mau nulis apa sekarang saya ya?

Saya tanya dulu deh.
Ada yang sedang berbahagia di sini? Yang diterima cintanya oleh sang pujaan hati semalam setelah rancangan kencan yang sedemikian rupa? Yang diterima lamaran pekerjaannya? Yang kenyang makan siang dengan full dan tidak terdapat ulat pada selada yang dimakan? Yang lagi cuti bekerja? Yang nilai ujiannya memuaskan? Yang baru dapat uang jajan? Nah, kebetulan saya belum gajian. Bisa sekalian saya ditraktir paket McChicken-nya McDonald’s? Ya nggak apa-apa dong kalau saya ngelunjak.
*dipatok ayam goreng tepung*
Ada yang sedang bersedih di sini? Yang sandal jepitnya putus? Yang baru kecopetan? Yang pakai minyak rambut kebanyakan sehingga Tao Ming Tse pun akan minder melihat rambutmu? Yang baru diputusin sama pacarnya karena bajunya nggak pernah ganti? Iya, saya ngerti kamu belinya lusinan, tapi ya ada variasi dikit dong ah. Hubungi saya untuk konsultasi mengenai fashion, ya. Tarifnya khusus deh buat kamu.
*disetrika*

Untuk yang sedang berbahagia, saya ucapkan selamat. Semoga kalian bisa menikmati kebahagiaan ini sebagaimana mestinya. Tidak kurang, tidak juga berlebih. Untuk yang sedang bersedih, saya ucapkan selamat juga. Selain biar saya kesanya adil, saya juga ingin memotivasi kalian supaya tidak dirundung kesedihan yang mendalam. Pertanyannya adalah, berhasilkah saya?
*hening*

*masih hening*

*keesokan harinya*
Oke, tidak berhasil.

Maka dari itu, saya akan berbagi kepada kalian tips dan trik untuk mengatasi kesedihan. Saya tidak berani menjamin efektivitas dan efisiensinya, tapi setidaknya kan saya nyoba. Boleh dong? Ya boleh lah. Blog ya blog saya, kenapa jadi nggak boleh? Kalian pikir kalian siapa? Hahh?? Buat temen-temen SD gu-wehhh yang suka nge-bully gu-wehhh, MAKAN NIH!!!
*80% pembaca meng-klik tanda ‘x’ di sebelah kanan atas*
Ah, apa yang baru saja terjadi? Saya rasa saya kesurupan ruh blonde yang sama dengan yang memasuki raga Marshanda beberapa waktu lalu. Sekarang dia sudah menjadi istri sholehah, maka semoga hal yang sama mendatangi saya. Amin ya Tuhan.

Nah, 20% pembaca yang dengan khilaf setia membaca tulisan ini, terima kasih, ya. Nanti ada bingkisan dari saya berupa Momogi dan Richeese Nabati yang bisa diperoleh di warung sekitar.
Oke, mari kita lanjutkan. Siapkan diri kalian, karena saya akan berbagi TIPS MEMBUAT KESEDIHAN MENJADI SEDIH KARENA KITA HADAPI RASA SEDIH ITU DENGAN TIDAK SEDIH ala Anita Rizky bukan Risky!
*backsound soundtrack Dunia Fantasi mengalun riang gembira*

Here we go.

1. Jika kalian sedih akibat patah hati, jangan tunjukkan pada dunia kalian sedang patah hati. Jangan mogok makan, jangan tidak mandi. Jangan pakai kaos kaki beda warna kanan dan kiri. Jangan begadang kalau tiada artinya, begadang boleh saja kalau ada perlunya.
*digetok gitar sama Haji Oma*
Kalau kalian patah hati, mandilah dengan air dingin di tengah malam. Hati yang sedih sangatlah rapuh, kesehatan sangat rentan untuk tergangu. Jadi daripada harus berada di antara sehat dan sakit, lebih baik sakit sekalian. Palingan flu. Lagipula, riset yang saya lakukan ke Jerman pinggiran menunjukkan bahwa cara lain untuk melepas kesedihan selain dengan menangis dan berteriak adalah…bersin. Iya, saya tau saya jenius. Nggak usah takjub gitu dong. Biasa aja ah.
*kibas poni*
*dipeperin ingus*

2. Jika kalian merasa kesedihan kalian sudah tidak bisa ditolerir lagi, saya punya tips untuk menghindari tangisan bombay, yaitu…..cari pohon, lalu menarilah! Iya, pada awalnya kalian akan dianggap orang gila, apalagi kalau siang bolong panas-panas jam makan siang, yang lain sibuk menikmati makan siangnya sementara kalian..joget-joget macam orang kesurupan. Tapi lama-lama mereka akan terbiasa, apalagi jika kalian melakukannya secara rutin. Jangan pedulikan pencitraan, ini urusan kalian! Lagipula, kegiatan ini memiliki keuntungan. Nih, ya, girls. Perhatikan. Dengan secara rutin menari-nari siang bolong, tidak hanya kalori yang terbakar, tapi kulit juga akan menjadi kecokelatan. Badan langsing, kulit eksotis, dan dalam hitungan kecepatan cahaya akan ada bule ganteng yang mendatangi kalian dan mengatakan, “Be my wife?”dan kalian akan bisa dadah-dadah secara dramatis kepada orang-orang yang mengatakan bahwa kalian gila. Ya walaupun tidak bisa dihindari sih.. Untuk para laki-laki yang melakukan tarian ini dengan sunguh-sungguh, bisa jadi yang kalian tarikan adalah tarian pemanggil hujan. Bayangkan, di tengah siang dengan sinar matahari yang terik, tiba-tiba turun hujan yang menyejukkan. Orang-orang akan mengucapkan terima kasih. Kalau melakukannya di kantor, kalian bisa naik jabatan dengan gaji yang lebih menjanjikan. See? See? SEEEEEE?

3. Ketika kalian sedang galau dan tidak tahu harus apa, maka CEGATLAH ABANG KETOPRAK. Kenapa eh kenapa? Karena eh karena, ketoprak itu rasanya surprising, seperti hidup ini *TSAAAAH!*. Bagi yang menganggap saya berlebihan kemungkinan belum pernah makan ketoprak seumur hidupnya. Nanti saya traktir deh makan ketoprak di aki-aki langganan saya. Ketopraknya pake telor ceplok, sedap loh. Serius.
*fokus terdistraksi*
Oke, emang jam-jam segini either jam ngantuk atau laper(lagi). Dan saya terkena wabah yang kedua. Jadi, mari kita fokus. Sampai mana saya tadi? Bukan, bukan ketoprak pake ceplok telor. AH! Ya, ketoprak. Kenapa saya bilang rasa ketoprak itu surprising? Karena coba kalian resapi, lagi enak-enak ngunyah lontong dengan tau dan bumbunya, tiba-tiba mucullah rasa bawang putih yang agak menyengat dan cabe yang pedas. Kita tidak tahu kapan kita akan menggigit bawang putih atau cabainya. Entah ketika kita sedang mengunyah lontong, atau mengunyah tahu bahkan bihun atau tauge. Hal ini akan mengingatkan kita bahwa hidup itu peuh kejutan. Ada up and down-nya. Kita tidak tahu kapan kita akan mendapat kesedihan dan kebahagian. Jadi kuncinya, nikmati saja setiap prosesnya, langkahnya. Nah, kalau mindsetnya sudah begini, niscaya kalian akan merasa bahwa ada banyak hal yang bisa kita syukuri setiap harinya, termasuk tauge yang ujungnya dipotong dulu sebelum dimasak (iya, gue nggak suka tauge yang masih ada ‘buntut’nya).

Well.
Tulisan ini memang sudah mulai ngaco. Ralat. Tulisan ini memang NGACO DARI AWAL. Ya jangan salahkan saya, salahkanlah kebosanan yang melanda dengan peraturan perundang-undangan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sekarang mengalun mesra dikumandangkan oleh bapak instruktur. Saya tiba-tiba bersyukur saya kuliah di jurusan sekretari yang nggak usah mikirin undang-undang nomor berapa yang berhubungan dengan radiasi sinar UV yang dapat diukur dengan UV radiometer. Saya mah menghadapi sinar UV cukup pake sunblock sampe belepotan, Pak.
*ditendang dari kantor*

Sudah, sudah. Sebentar lagi coffee break ini. Saya mau menengok dulu cemilan apa pada siang ini yang bisa menemani saya bermesraan dengan kopi. Karena jangankan peserta, sayapun mengantuk sejadi-jadinya dengan opa-opa-jago-gambar-yang-sudah-melancong-ke-banyak-tempat. Oh, dia barusan gambar Cut Tari loh, dengan kandang macan di sebelahnya. Yea, right. Cut Tari si pawing macan. What a fantasy, eh?
Have a nice evening, people. Siang ini camilannya surabi ternyata. Yum.