18 August 2012

Intro: Idul Fitri

Ini akan menjadi postingan singkat menyambut Idul Fitri sebelum saya pergi tidur untuk menyiapkan energi untuk Sholat Ied pagi nanti.
Alhamdulillah saya kembali diberi kesempatan untuk merasakan Ramadhan tahun ini. Rasanya seperti mengikuti proses suatu audisi dan saya termasuk salah satu yang beruntung mendapat kesempatan untuk mengikuti pesta utamanya. Idul Fitri kali ini tidak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Selalu saya tunggu, selalu syahdu, selalu memberikan perasaan ingin menangis. Tuhan sayang sekali sama saya, betapapun saya kurang ajar sama Dia sudah sering melanggar banyak aturan-Nya.

Masih diberi kesempatan untuk merayakan hari kemenangan ini dengan anggota keluarga lengkap; orang tua yang alhamdulillah masih sehat walaupun sudah menua, adik yang makin tinggi dan jenggotnya makin melebat, dan saya sendiri yang sudah dalam keadaan yang lebih baik. Kedua nenek saya juga alhamdulillah masih sehat, walaupun salah satu dari mereka sempat ada yang sakit dan masuk rumah sakit, tapi itu semua bisa beliau lewati berkat doa dan perawatan dari anak-anak serta cucu-cucunya yang kasih sayangnya luar biasa.

Hanya satu bagian kecil yang berbeda di Idul Fitri ini, untuk saya.
Pasangan saya kali ini, kesayangan saya, tidak ikut merayakan Idul Fitri.
Bukan karena dia lagi jauh dan tidak berada di negara ini, tapi memang keyakinan yang dia peluk tidaklah sama dengan keyakinan yang saya yakini sepenuh hati.
Dia bahkan tidak tahu kalau saya akan dengan sangat senang hati merayakan Hari Kemenangan ini.
Mungkin ketika saya selesai menjalankan ibadah Sholat Ied dan bertukar haru saling memaafkan dengan anggota keluarga saya, dia sedang sibuk bekerja atau bahkan sekedar menyandarkan kepalanya sejenak untuk beristirahat.
Tidak, dia tidak tahu :)



Tapi itu bukan masalah besar buat saya. Saya tidak mau memaksakan apa-apa. Memang jalannya sudah harus seperti ini, toh? Dari awal saya sudah tahu, bahwa hubungan ini bukanlah hubungan yang bisa dibawa melangkah pasti, bukanlah hubungan yang dapat membuat kita berjanji terus setia sampai mati dengan sebuah ikatan yang mereka bilang pernikahan. Tapi setidaknya, saya mencoba. Saya membebaskan perasaan saya untuk merasakan yang kemudian dapat memutuskan untuk terus berjalan atau malah meninggalkan. Toh kami (saya dan dia) juga percaya, kalau kami memang harusnya bersama, Tuhan akan beri jalan, kami tidak tahu dan tidak peduli caranya akan bagaimana :)

Jadi, selamat Idul Fitri, teman-teman. Selamat Hari Kemenangan bagi mereka yang yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah salah kasih jalan. Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir bathin.
Yuk tidur, besok bangun pagi lhooo sholat Ied..
:)