24 June 2010

The Conversation

Saya, baru saja berbicara dengan Tuhan.
Saya mengutarakan seluruh isi kepala saya. Iya, isi kepala. Tidak dengan isi hati. Kenapa? Karena apa yang dirasakan hati saya, bisa dikontrol dengan kepala saya. Logika.
Saya mengutarakan apa yang saya alami akhir-akhir ini. Dari garis besar hingga titik terkecil, walaupun Dia sudah tau dan mengatur bahkan kejadian paling mikro di hidup saya.
Saya bertanya tentang apa saja yang ada di dalam kepala saya. Walaupun saya tidak mendapat jawabannya secara langsung, tapi saya yakin akan bisa berpikir lebih dalam lagi untuk mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di kepala saya ini. Dari yang paling aneh, hingga paling sepele. Well at least, kali ini Tuhan berperan sebagai teman diskusi sunyi saya.
Saya meminta apa saja kepadaNya. Permintaan tentang orang-orang yang saya sayangi: berkah hidup, pelindung iman, rasa memaafkan, penyembuh luka fisik maupun hati, kesehatan, rezeki yang halal, penangkal dosa berupa jalan hidup yang lurus, dan permintaan lainnya. Dan permintaan simple tentang saya: logika dan intuisi yang akur-akur saja. Tidak lagi ada pertengkaran antara si L dan si I ini. Juga, saya minta hal-hal lainnya yang bahkan ada yang sifatnya materil. Saya matre sama Tuhan? Bodo, toh pembicaraan ini hanya terjadi antara kami berdua, tidak ada pihak lain. Walaupun memang terdengar useless, tapi saya tahu, toh saya akan mendapatkan seluruh hal yang sebenarnya saya butuhkan. Jadi saya gak malu minta banyak-banyak sama Tuhan..
*self-defense*

Saya bersyukur saya masih sangat mempercayai Tuhan. Bersyukur saya bisa hidup dengan kesederhanaan. Bersyukur masih bisa menyayangi dan disayangi. Bersyukur masih bisa berfikir walaupun kadang-kadang suka ngalor-ngidul. Bersyukur masih bisa bertahan dengan segala permasalahan yang ada. Bersyukur, bahwa, walaupun dengan segala macam kekurangan dan kekotoran yang terdapat pada diri saya, saya masih bisa berbicara, masih diberi kesempatan untuk meminta. Tuhan masih sayang banget sama saya. Tuhan masih memberi saya waktu, setidaknya hingga tulisan ini saya publish. We'll never know about how much time do we have, right?

Jadi ceritanya, saya memang baru berbicara dengan Tuhan.
Rasanya?
Rasanya, saya mau nyengir selebar-lebarnya dan berbisik,
"I love you, dear The Almighty"
:)