Kritik mengkritik sudah menjadi salah satu molekul dari bagian alam raya ini. Sudah ada dari kapan? Jangan tanya saya. Karena saya akan menjawab dari zaman dinosaurus, di mana pada suatu siang yang cerah, Brontosaurus mengkritik Tyranosaurus yang badannya panjang tapi tangannya pendek dan hari itu merupakan siang yang cerah terakhir bagi si Brontosaurus dan makan siang besar bagi sang Tyrannosaurus.
Tidak semua orang suka dikritik. Saya, sebagai seorang Virgo
*daftar asuransi satu lagi, just in case*
Tidak semua orang juga tahu timing yang tepat untuk mengkritik. Ada yang lebih spontan (tanpa uhuy) dalam mengkritik tanpa tedeng aling aling, yang menurut saya lebih 'berbahaya' karena bisa kalian bayangkan nggak sih kalau kalian sedang menunjukkan sebuah karya atau pendapat dengan penuh semangat tapi tau-tau ada yang bilang,"Kok biasa aja ya menurut gue". MINTA DITENGGELEMIN BANGET GAK SIH TU ORANG KITA LAGI SEMANGAT-SEMANGATNYA DIJATUHKAN DENGAN KALIMAT BEGITU. Walaupun dia punya hak untuk mengutarakan pendapatnya, cuman tetep aja kita sebagai yang dikritik bakal manyun or at least berkata dalem hati,"Lo gak ngerti capeknya bikin karya begini, nyet".
Shit happens in unexpected times, eh? :D
Namun tidak sedikit juga orang yang memilih untuk mengkritik di saat kita sudah 'adem' dan tidak terlalu meluap-luap mengutarakan karya atau pendapat kita sehingga kritik mereka lebih acceptable dan perdamaian umat manusia tetap terjaga. This kind of people, are angels. Ibarat kata bantal, tipe pengkritik seperti ini adalah tipe bantal bulu angsa yang harganya lebih mahal dari harga kasur sehingga tidur kita tetap nyenyak tanpa sakit leher di keesokan paginya.
Kita punya kebebasan dan hak yang sama untuk berbicara dan mengutarakan pendapat. Baik kritik, usulan atau apapun itu bentuknya, akan ada baiknya jika kita mengutarakannya dengan baik dan netral tanpa memihak siapapun atau sisi manapun. TSAH ELAH GAYALU ANITAAAAAH!
*kibas poni yang belom dikeramasin*
*wajah ini pun tersapu oleh poni lepek*
Tapi namanya juga manusia ya, Bok. Kalo pemikiran dan sifatnya sama semua mah dunia ini akan abu-abu aja warnanya, nggak ada variasi. Jadi kalo menurut saya mah kalo ada yang kritik, ya ditanggapi sesuai porsi saja. Kalo orangnya tetep ngeyel, ya baru kita aduin ke Gubernur Rakyat yang kalo blusukan nggak mau diliput media. Biar kenapa, Anita? Biar gaul aja kayak cabe-cabean yang kalo naik motor bertiga nggak pake helm sehingga membuat saya berpikir premi asuransi yang orang tua mereka bayarkan per bulannya lebih besar dari punya saya.
*hening*
*pembaca pun bingung sebenernya si Anita mau nulis apa*
Intinya sih, kritik itu beda tipis dengan kripik. Kalo kripik digigit bunyinya kriuk, kritik kalau disampaikan dengan tidak tepat, bisa bikin emosi meliuk.
*pembaca serempak berteriak,"APOSEEEEEE"*
Ya sudahlah kalau begitu. Mari kembali bekerja, demi kesejahteraan hidup dan kemaslahatan akan cicilan yang tak kunjung selesai. Have a good Wednesday, Folks!